5. Abraham — Hidup dalam Penampakan Allah
dan Menyeru Nama Tuhan
dan Menyeru Nama Tuhan
Abraham lebih menonjol daripada Nuh. Sebagaimana telah kita tunjukkan dalam Pelajaran-Hayat Surat Roma, Abraham telah ditransfusi dengan penampakan kemuliaan Allah. Ketika Abraham berada di Ur-Kasdim, Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya dan telah menariknya (Kis. 7:2). Menurut catatan dalam Kejadian, Allah pernah beberapa kali menampakkan diri kepada Abraham (Kej. 12:7; 17:1; 18:1). Abraham sendiri bukanlah raksasa iman, dia lemah seperti kita. Allah yang Mahamulia berkali-kali menampakkan diri kepada Abraham, dan setiap kali unsur-unsur kudusnya ditransfusikan ke dalamnya, supaya ia bisa hidup demi iman Allah. Pengalaman Abraham mengingatkan kita kepada baterai yang bekerja dengan baik setelah diisi, tetapi perlu diisi kembali setelah beberapa saat. Mempelajari sejarah Abraham menurut penampakan diri Allah kepadanya sangatlah menarik. Allah memanggil Abraham keluar dari Ur-Kasdim dan memimpinnya dengan berkali-kali menampakkan diri kepadanya. Sebagaimana telah saya sebutkan, ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan Ur-Kasdim, Ia tidak memberinya peta atau petunjuk-petunjuk lain. Abraham berjalan menurut penampakan Allah. Di mana penampakan Allah, ke sanalah Abraham pergi. Dengan jalan demikian Abraham menikmati kelimpahan Allah.
Selain penampakan diri Allah, Abraham juga menyeru nama Tuhan (Kej. 12:7-8). Anak Abraham, Ishak, dan cucunya, Yakub, juga menyeru nama Tuhan. Karena ketiga generasi ini sama, maka Allah disebut Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Hal ini berarti bahwa Allah adalah Allah umat-Nya yang hidup dalam penampakan-Nya dan yang menyeru nama-Nya. Karena Abraham hidup dalam penampakan Allah dan menyeru nama-Nya, maka Abraham menikmati-Nya sebagai pohon hayat. Menurut Kejadian 18, Allah menampakan diri kepada Abraham ketika ia duduk di depan pintu kemahnya, dan Ia tinggal bersamanya selama setengah hari, bahkan makan bersamanya. Sebab itu, Alkitab mengatakan bahwa Abraham adalah sahabat Allah (Yak. 2:23). Dalam Kejadian 18, Allah dan Abraham bercakap-cakap dan makanbersama seperti sahabat.
Tentu saja kita semua ingin mempunyai kenikmatan akan Tuhan yang demikian. Namun bagian kita hari ini jauh lebih baik daripada pengalaman Abraham dalam Kejadian 18. Menurut Wahyu 3:20, Tuhan Yesus sedang mengetuk di depan pintu. Siapa saja mendengar suara-Nya dan membuka pintu, Tuhan akan masuk ke dalamnya dan makan bersamanya. Hari demi hari kita boleh berpesta dengan Tuhan. Abraham makan dengan Tuhan kira-kira setengah hari, tetapi kita bisa berpesta dengan Tuhan terus-menerus. Kita bisa bertemu dengan Tuhan pada makan pagi, makan siang, dan makan malam. Bagian kita lebih tinggi dan lebih limpah daripada bagian Abraham.
Abraham menikmati Allah sebagai pohon hayat. Apakah pohon hayat itu? Pohon hayat ialah suplai hayat yang mempertahankan hidup kita di hadirat Allah. Demikianlah Abraham menikmati Allah. (PH Kej.)
No comments:
Post a Comment