1. Habel — Mengontak Allah Menurut Cara Allah
Ciri-ciri kehidupan Habel ialah mengontak Allah menurut cara Allah (Kej. 4:4). Jangan berkata bahwa asal Anda mengontak Allah maka segala sesuatunya pasti benar. Menurut cara siapakah Anda mengontak Allah — menurut cara Allah atau cara Anda? Ada tiga golongan orang yang menyatakan bahwa mereka mengontak Allah : Orang Yahudi, orang agama tertentu, dan orang Kristen. Orang Yahudi mengontak Allah menurut cara mereka sendiri. Sesuai dengan Roma 10:2-3, orang Yahudi berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, tidak takluk kepada kebenaran Allah. Ini berarti mereka mengontak Allah menurut cara mereka sendiri. Orang yang beragama tertentu bahkan lebih bergairah menyembah Allah dengan cara mereka sendiri. Jika Anda mengunjungi tempat ibadah mereka, Anda akan melihat bahwa mereka nampaknya sangat saleh beribadah dengan bersujud menyembah Allah. Demikian pula banyak orang yang disebut Kristen, melakukan pelayanan mereka kepada Allah menurut cara mereka sendiri, tidak melalui penebusan Kristus, juga tidak di dalam Roh.
Bersumber pada apakah manusia mengontak Allah dengan caranya sendiri? Sumbernya ialah pikiran manusia yang merepotkan, yang tidak menghasilkan apa pun kecuali pengetahuan. Akibatnya, manusia mengontak Allah menu-rut cara pengetahuan, tidak menurut cara hayat. Tetapi Habel mengontak Allah menurut cara Allah. Dalam berita berikutnya kita akan melihat Kain, kakaknya, mengontak Allah menurut caranya sendiri. Cara Allah ialah hayat; cara Kain ialah pengetahuan. Kita semua perlu hati-hati. Anda boleh saja berkata bahwa Anda bagi Allah, namun mungkin Anda hanyalah bagi Allah menurut cara Anda sendiri. Anda menghampiri Allah menurut cara penemuan Anda sendiri, namun cara itu mutlak adalah pengetahuan. Janganlah mengikuti cara itu. Kita harus melihat teladan Habel dan mengontak Allah dengan mengesampingkan pikiran, pendapat, dan konsepsi kita. "Ya Tuhan, aku mengontak diri-Mu menurut cara-Mu. Aku tidak mengontak Engkau berdasarkan pikiran, konsepsi, atau pengetahuanku. Tuhan, Engkaulah caraku." Jika demikian, kita pasti menikmati Allah sebagai pohon hayat. Habel sungguh menikmati Allah sebagai pohon hayat. Dia benar-benar telah makan buah pohon ini. (PH.Kej)
No comments:
Post a Comment