27.7.07

Seorang Hamba

SEORANG HAMBA

O Allah, Bapa-ku, aku tidak memiliki hak. Engkau memiliki kekuasaan yang penuh atas aku, tidak peduli aku hidup atau mati, tidak peduli aku sehat atau tidak, tidak peduli aku kaya atau tidak. Di mana aku hidup, apa yang aku lakukan, dan dengan siapa aku menikah, semua terserah pada-Mu. Aku tidak memiliki hak, dan aku senang seperti ini. Aku adalah milik-Mu. Aku adalah kepunyaan-Mu. Aku telah memberikan diriku pada-Mu. Aku tidak memiliki hak untuk berpikir, untuk mencintai, untuk merasa, atau untuk memilih. Aku tidak memiliki hak untuk melakukan ini atau itu. Aku esa dengan-Mu. Aku taat pada-Mu, Bapa, dan aku memperhidupkan Engkau."
Hamba Allah ingin sekali dijamah oleh setiap orang, satu demi satu. Kita tidak perlu khawatir; Dia tidak akan kehabisan kekuatan-Nya, kebajikan-Nya. Dia adalah Allah; Dia tidak terbatas; Dia tidak terauskan. Oh, marilah kita menjamah
Dia! Betapa mengagumkan bahwa Allah kita menjadi bisa dijamah.
Ketika kesempatan datang, ketika tanggung jawab dipercayakan atas Anda, Anda harus berbicara. Anda tidak ada pilihan; Anda adalah seorang hamba. Anda tidak bisa melakukannya karena Anda ingin, dan Anda tidak bisa menolaknya karena Anda tidak mau. Anda tidak ada pilihan. Anda adalah seorang hamba,
Ayat 5 berkata, "Hendaklah pikiran ini ada di dalam kamu, seperti dahulu ada di dalam Kristus Yesus." (Tl.) "Pikiran ini" adalah yang kita perlukan—pikiran Dia yang mengosongkan diri-Nya, pikiran Dia yang merendahkan diri-Nya, pikiran Dia yang belajar taat akan hal-hal yang Dia derita (Ibr. 5:8), pikiran Dia yang taat sampai mati. Jika kita memiliki semua pikiran ini, tidak ada masalah di antara kita—tidak ada ambisi, tidak akan persaingan, tidak ada perselisihan, tidak ada kompetisi, dan tidak ada pertikaian. Kita semua akan menjadi reproduksi dari Hamba Allah.
Seorang yang menjadi hamba adalah seorang yang meninggalkan segalanya. Jika Anda menyelidiki dengan saudara dan saudari kita, jika Anda menjamah roh mereka dan perasaan batin mereka, Anda akan merasakan bahwa mereka tidak menyesal. Mereka tidak menengok ke belakang untuk menjadi tiang garam. Mereka maju ke depan untuk menjadi tiang di dalam Bait Allah

No comments: