Pemukulan terhadap batu ini adalah satu gambaran yang jelas, lengkap, dan penuh tentang penyaliban Kristus. Batu itu dipukul dengan tongkat Musa (ay. 5).
Dalam perlambangan ini, Musa melambangkan hukum Taurat, dan tongkat mewakili kuasa dan otoritas hukum Taurat. Jadi, pemukulan terhadap batu itu dengan tongkat Musa melambangkan Kristus dimatikan di kayu salib oleh otoritas hukum Taurat Allah (cf. Gal. 2:19-20 a; 3:13).
Air yang mengalir keluar dari batu yang dipukul melambangkan Roh itu (Yoh. 7:37-39).
Melalui inkarnasi, Kristus datang ke bumi sebagai sebuah batu. Di kayu salib, Dia dipukul oleh otoritas hukum kebenaran Allah untuk menggenapkan penebusan Allah. Lambung-Nya ditusuk, dan air hidup mengalir keluar untuk diminum oleh umat Allah (Yoh. 19:34 dan cat.).
Air hidup ini adalah air hayat dalam kebangkitan, yaitu Roh pemberi-hayat yang almuhit, sebagai hasil akhir dari Allah Tritunggal (1Kor. 15:45; lihat cat. 391 dalam Yoh. 7).
Sumber dari air hayat ini adalah takhta Allah dan Anak Domba-Allah yang menebus (Why. 22:1). Maka, air hayat adalah Allah Tritunggal yang mengalir untuk menjadi hayat kita. Aliran air hayat ini dimulai dari takhta dalam kekekalan, dan dilanjutkan melalui inkarnasi, kehidupan insani, dan penyaliban Kristus (Yoh. 4:10, 14; 19:34), dan sekarang mengalir dalam kebangkitan untuk menyuplai umat Allah dengan segala kekayaan hayat ilahi Why. 22:1-2 ).
Bila kita menyatukan diri kita dengan Kristus yang terpukul ini, maka hayat ilahi sebagai air hayat akan mengalir keluar dari kita (Yoh. 7:38). Aliran air hayat dalam kebangkitan adalah bagi pembangunan Tubuh Kristus (1Kor. 12:13) dan persiapan mempelai perempuan Kristus (RWhy. 19:7), yang keduanya akan rampung dalam Yerusalem Baru (Why. 21:9-10; cf. Ef. 5:23, 5:28-30).
Untuk minum air hayat ini, pertama-tama kita perlu memiliki kedudukan untuk minum (1Kor. 12:13), dan kita juga perlu haus (Yoh. 7:37; Why. 21:6). Kemudian kita perlu datang kepada Tuhan (Yoh. 7:37; Why. 22:17), bertanya kepada Tuhan (Yoh. 4:10), percaya kepada Tuhan (Yoh. 7:38), dan berseru kepada nama Tuhan (Yes. 12:3-4; Kis. 2:21).
Dalam perlambangan ini, Musa melambangkan hukum Taurat, dan tongkat mewakili kuasa dan otoritas hukum Taurat. Jadi, pemukulan terhadap batu itu dengan tongkat Musa melambangkan Kristus dimatikan di kayu salib oleh otoritas hukum Taurat Allah (cf. Gal. 2:19-20 a; 3:13).
Air yang mengalir keluar dari batu yang dipukul melambangkan Roh itu (Yoh. 7:37-39).
Melalui inkarnasi, Kristus datang ke bumi sebagai sebuah batu. Di kayu salib, Dia dipukul oleh otoritas hukum kebenaran Allah untuk menggenapkan penebusan Allah. Lambung-Nya ditusuk, dan air hidup mengalir keluar untuk diminum oleh umat Allah (Yoh. 19:34 dan cat.).
Air hidup ini adalah air hayat dalam kebangkitan, yaitu Roh pemberi-hayat yang almuhit, sebagai hasil akhir dari Allah Tritunggal (1Kor. 15:45; lihat cat. 391 dalam Yoh. 7).
Sumber dari air hayat ini adalah takhta Allah dan Anak Domba-Allah yang menebus (Why. 22:1). Maka, air hayat adalah Allah Tritunggal yang mengalir untuk menjadi hayat kita. Aliran air hayat ini dimulai dari takhta dalam kekekalan, dan dilanjutkan melalui inkarnasi, kehidupan insani, dan penyaliban Kristus (Yoh. 4:10, 14; 19:34), dan sekarang mengalir dalam kebangkitan untuk menyuplai umat Allah dengan segala kekayaan hayat ilahi Why. 22:1-2 ).
Bila kita menyatukan diri kita dengan Kristus yang terpukul ini, maka hayat ilahi sebagai air hayat akan mengalir keluar dari kita (Yoh. 7:38). Aliran air hayat dalam kebangkitan adalah bagi pembangunan Tubuh Kristus (1Kor. 12:13) dan persiapan mempelai perempuan Kristus (RWhy. 19:7), yang keduanya akan rampung dalam Yerusalem Baru (Why. 21:9-10; cf. Ef. 5:23, 5:28-30).
Untuk minum air hayat ini, pertama-tama kita perlu memiliki kedudukan untuk minum (1Kor. 12:13), dan kita juga perlu haus (Yoh. 7:37; Why. 21:6). Kemudian kita perlu datang kepada Tuhan (Yoh. 7:37; Why. 22:17), bertanya kepada Tuhan (Yoh. 4:10), percaya kepada Tuhan (Yoh. 7:38), dan berseru kepada nama Tuhan (Yes. 12:3-4; Kis. 2:21).
No comments:
Post a Comment