22.11.08

MISKIN

Dalam Lukas 6: 20 Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah." Istilah "miskin" dalam ayat ini memiliki dua makna. Pertama, kata ini bermakna miskin dalam hal materi; kedua, bermakna miskin dalam hal rohani. Karena itu, istilah "miskin" di sini berarti miskin dalam hal bumiah, hal materi, juga miskin dalam hal surgawi, hal rohani.
Sering kali sulit bagi orang-orang yang kaya dalam hal bumiah, materi untuk menjadi miskin dalam hal surgawi, rohani. Jika orang yang dipilih dan dipanggil oleh Allah itu kaya dalam hal materi, maka mungkin orang itu akan sangat sulit menjadi miskin dalam hal rohani. Bahkan Allah mungkin perlu mengambil kekayaan materi orang itu agar dia dapat menjadi miskin dalam hal rohani.
Jika kita ingin menjadi orang yang diberkati, kita perlu menjadi miskin. Terutama kita perlu menjadi miskin dalam hal rohani, dalam hal surgawi. Mengenai hal rohani, kita harus merasa bahwa kita tidak memiliki apa-apa, kita miskin.
Matius 5:3 membicarakan perihal menjadi miskin dalam roh. Miskin dalam roh itu bukan hanya menjadi rendah hati, tetapi juga dikosongkan dalam roh kita, di dalam lubuk batin kita, tidak mempertahankan hal-hal yang usang. Miskin dalam roh juga berarti dikosongkan dari hal-hal yang usang untuk menerima hal-hal yang baru.
Roh insani kita, bagian yang terdalam dari diri kita, adalah organ kita untuk mengontak Allah dan memahami hal-hal rohani. Kita perlu menjadi miskin, dikosongkan dari hal-hal yang usang dalam diri kita, supaya kita dapat memahami dan memiliki Kerajaan Allah. Setiap waktu kita perlu menjadi miskin dalam roh, memiliki perasaan yang dalam bahwa kita miskin dalam hal-hal rohani, dalam hal-hal mengenai Allah. Jika kita miskin sedemikian dan merendahkan diri, maka Kerajaan Allah segera menjadi berkat kita.

1 comment:

Anonymous said...

Bersyukur di hadapan Tuhan bahwa hari ini kita mengetahui hasrat hati Allah supaya kita miskin di dalam roh. Dengan begitu Allah mampu mengerjakan pemulihanNya dalam diri kita.