29.11.08

The Incarnation of the Forgiving God

In Luke 7 : 48 the Man-Savior said to the woman, "Your sins have been forgiven." Both this case and the case of the widow's son in Nain (7:11-17) are found only in this Gospel.
This shows the Savior's tender care for the dead and sinful, and it conveys the principle of morality as the unique characteristic of this Gospel.
Verse 49 says, "And those who were reclining at the table with Him began to say among themselves, Who is this who even forgives sins?" Simon did not realize that
this Man-Savior was the very God, the One who has authority to forgive man's sin. The Man-Savior was the incarnation of the forgiving God.

Blind, Lame, Deaf, Poor

In spiritual significance, the blind receiving sight is also first. In the Lord's salvation He first opens our eyes (Acts 26:18). Then we can receive Him and walk to follow Him.
The lame signifies those who cannot walk in God's way. After being saved, the lame can walk by new life (John 5:8-9).
The deaf signifies those who cannot hear God. After being saved, they can hear the Lord's voice (John 10:27). The dead signifies those who are dead in sins (Eph. 2:1,
5), unable to contact God. After being regenerated, they can fellowship with God with their regenerated spirit.
The poor signifies everyone without Christ, without God, who have no hope in the world (Eph. 2:12). Upon receiving the gospel, they are made rich in Christ (2 Cor. 8:9; Eph. 3:8).

22.11.08

MISKIN

Dalam Lukas 6: 20 Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah." Istilah "miskin" dalam ayat ini memiliki dua makna. Pertama, kata ini bermakna miskin dalam hal materi; kedua, bermakna miskin dalam hal rohani. Karena itu, istilah "miskin" di sini berarti miskin dalam hal bumiah, hal materi, juga miskin dalam hal surgawi, hal rohani.
Sering kali sulit bagi orang-orang yang kaya dalam hal bumiah, materi untuk menjadi miskin dalam hal surgawi, rohani. Jika orang yang dipilih dan dipanggil oleh Allah itu kaya dalam hal materi, maka mungkin orang itu akan sangat sulit menjadi miskin dalam hal rohani. Bahkan Allah mungkin perlu mengambil kekayaan materi orang itu agar dia dapat menjadi miskin dalam hal rohani.
Jika kita ingin menjadi orang yang diberkati, kita perlu menjadi miskin. Terutama kita perlu menjadi miskin dalam hal rohani, dalam hal surgawi. Mengenai hal rohani, kita harus merasa bahwa kita tidak memiliki apa-apa, kita miskin.
Matius 5:3 membicarakan perihal menjadi miskin dalam roh. Miskin dalam roh itu bukan hanya menjadi rendah hati, tetapi juga dikosongkan dalam roh kita, di dalam lubuk batin kita, tidak mempertahankan hal-hal yang usang. Miskin dalam roh juga berarti dikosongkan dari hal-hal yang usang untuk menerima hal-hal yang baru.
Roh insani kita, bagian yang terdalam dari diri kita, adalah organ kita untuk mengontak Allah dan memahami hal-hal rohani. Kita perlu menjadi miskin, dikosongkan dari hal-hal yang usang dalam diri kita, supaya kita dapat memahami dan memiliki Kerajaan Allah. Setiap waktu kita perlu menjadi miskin dalam roh, memiliki perasaan yang dalam bahwa kita miskin dalam hal-hal rohani, dalam hal-hal mengenai Allah. Jika kita miskin sedemikian dan merendahkan diri, maka Kerajaan Allah segera menjadi berkat kita.

21.11.08

Kasihilah Musuhmu

"Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan tanpa mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat." Dalam ayat ini kita nampak rahasia menempuh kehidupan yang digambarkan di sini. Rahasianya adalah hayat Allah. Jika kita ingin menggenapkan semua prinsip ini, kita harus memiliki hayat Allah. Kita harus dilahirkan dari Yang Mahatinggi, dari Allah, dan dengan demikian kita menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi.
Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan dari Allah, kita dapat mengasihi musuh-musuh kita. Allah mengasihi kita bahkan sewaktu kita masih menjadi musuh-musuh-Nya (Rm. 5:8). Kita perlu terkesan dengan fakta bahwa Allah mengasihi kita sewaktu kita menjadi musuh-musuh-Nya. Sekarang kasih-Nya telah disalurkan kepada kita. Karena itu, kasih yang dengannya kita mengasihi orang lain adalah kasih Allah Bapa kita.

Anak-Anak Allah yang Maha Tinggi

Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah itu kasih (1 Yoh. 4:8). Sebagaimana Roh adalah sifat Persona Allah, dan terang adalah sifat ekspresi Allah, maka kasih adalah sifat diri Allah. Jadi, jika kita dilahirkan dari Allah, kita tentu telah dilahirkan dari sifat hakiki Allah -- kasih yang ilahi. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan dari Allah, kita memiliki hayat dan sifat-Nya. Sekarang kita dapat dengan spontan mengasihi musuh-musuh kita bahkan seperti Allah Bapa kita mengasihi mereka. Inilah alasan Tuhan menyuruh kita mengasihi musuh-musuh kita supaya kita dapat menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi, yaitu Dia yang baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.

17.11.08

Who is this

“Who is this who speaks blasphemies? “
Scribes and Pharisees say “Who is this who speaks blasphemies? “ Who can forgive sins but God alone?" (Luk. 5: 21).

The Man-Savior was the very God incarnated, not regarding equality with God a
thing to be grasped.
He was outwardly in the likeness and fashion of man, but inwardly He was God (Phil. 2:6-7). He was the Man-Savior and the God-Savior as well.

Who is the real Isaac?

Abraham's offering of his beloved and only son, Isaac, on the altar is a vivid picture of God the Father's offering of His beloved and only Son, Jesus Christ, on the cross.
In this picture Isaac typifies Christ in a detailed way. Isaac, as Abraham's only son (vv. 2, 12, 16), typifies Christ as God's only begotten Son (John 3:16).
Isaac was Abraham's beloved son (v. 2), and Christ was the Father's beloved Son, in whom He delighted (Matt. 3:17). Isaac took his father's will (v. 6), and Christ also chose the will of His Father (Matt. 26:39).
Isaac was obedient unto death (vv. 9-10); likewise, Christ was obedient unto death (Phil. 2:8). Isaac carried the wood for the burnt offering and walked to the top of Mount Moriah (v. 6); in the same way, Christ bore His cross and walked to Golgotha (John 19:17).
Isaac was offered to God as a burnt offering on Mount Moriah; Christ also was offered to God on the same mountain (see note 11 in Mark 10) to fulfill the type of the burnt offering.
Isaac was "killed" on the altar and was returned to Abraham on the third day, that is, in resurrection (vv. 4, 10-13; Heb. 11:19); similarly, Christ was crucified on the cross and was resur­rected on the third day (1 Cor. 15:4).
Isaac was multiplied in resurrection (v. 17), and Christ also was multiplied in His resurrection (John 12:24; 1 Pet. 1:3). Isaac was the seed of Abraham for the blessing of all the nations (v. 18); likewise, Christ is the unique seed of Abraham in whom the bless­ing of Abraham has come to the nations (Gal. 3:8, 14, 16).

14.11.08

Statement of Faith

Holding the Bible as the complete and only divine revelation, we strongly believe that God is eternally one and also eternally the Father, the Son, and the Spirit, the three being distinct but not separate.
We hold that Christ is both the complete God and the perfect man. Without abandoning His divinity, He was conceived in the womb of a human virgin, lived a genuine human life on earth, and died a vicarious and all-inclusive death on the cross. After three days He resurrected bodily and has ascended to the heavens. He is now in glory, fully God but still fully man. We look to His imminent return with the kingdom of God, by which He will reign over the earth in the millennium and in eternity.
We confess that the third of the Trinity, the Spirit, is equally God. All that the Father has and is, is expressed by the Son; and all that the Son has and is, is realized as the Spirit.
We further believe that mankind is in need of God's salvation. Though we were absolutely unable to fulfill the heavy demands of God's righteousness, holiness, and glory, Christ fulfilled all the requirements through His death on the cross. Because of Christ's death, God has forgiven us of our sins, reconciled us to Himself, and justified us by making Christ our righteousness.
Based on Christ's redemption, God regenerates the redeemed with His Spirit to consummate His salvation, that they may become His children. Now possessing God's life and nature, the believers enjoy a daily salvation in His Body in this age and the eternal salvation in the coming age and in eternity.
In eternity we will dwell with God in the New Jerusalem, the consummation of God's salvation of His elect.



Kekuasaan dan Ketaatan

KEKUASAAN DAN KETAATAN
Pada tahun 1949, hamba Allah saudara Watchman Nee menyampaikan serangkaian berita mengenai kekuasaan dan ketaatan dalam suatu Sidang Pelatihan Para Sekerja di Kuling, Foochow. Semua orang yang hadir dalam sidang-sidang itu merasa tertaklukan dalam terang Allah. Mereka memiliki perasaan yang dalam bahwa pekerjaan orang yang durhaka itu benar-benar sudah memenuhi seluruh bumi, sedangkan perasaan orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan terlalu tumpul. Pada akhir zaman ini, jika anak-anak Allah tidak mengemban kesaksian bagi Tuhan dalam ketaatan, bagaimana Kerajaan Allah dapat didatangkan?

Allah Abraham, Allah lshak dan Allah Yakub" (Keluaran 3:6).

Untuk memilih sekelompok orang masuk ke dalam namaNya, Allah khusus bekerja di dalam diri Abraham, Ishak dan Yakub, supaya mereka mempunyai pengalaman yang khusus. Pengalaman yang Allah berikan kepada Abra­ham, ialah membuatnya mengenal Allah adalah Bapa, se­gala-galanya berasal dari Allah. Pengalaman yang Allah be­rikan kepada Ishak, ialah supaya ia mengenal kenikmatan Anak, segala miliknya adalah pemberian Bapa. Pengalaman yang Allah berikan kepada Yakub, adalah melalui pengendali­an Roh Kudus, membereskan kehidupan (hayat) alamiah­nya dan menyusun Kristus di dalamnya.
Abraham, Ishak dan Yakub adalah permulaan umat Allah. Semua pengalaman mereka, adalah pengalaman yang harus juga dimiliki oleh umat Allah. Kami menyusun buku ini dengan harapan, semoga melalui firman Allah, kita nampak apakah sebenarnya makna rohani dari pengalaman Abraham, Ishak dan Yakub terhadap kita. Semoga Tuhan memberkati buku ini dan pembacanya, memimpin kita mengenal Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, su­paya kita bisa menjadi bejana kesaksian Allah.

Kudus dan Tidak Bercela

KUDUS DAN TIDAK BERCELA
Isi buku ini adalah serangkaian berita yang disampai­kan oleh saudara Watchman Nee kepada gereja di Shanghai dan para sekerja yang mengikuti pelatihannya dari musim gugur 1939 sampai musim gugur 1942. Judulnya diambil dari Efesus 5:27 (" . . . supaya jemaat kudus dan tidak bercela").
Dalam berita-berita ini terang yang cerah dicurahkan mengenai empat perempuan yang penting dalam Alkitab: Hawa dalam Kejadian 2, istri dalam Efesus 5, perempuan dalam Wahyu 12, dan mempelai perempuan dalam Wahyu 21 dan 22. Catatan mengenai keempat perempuan itu mem­berikan pandangan yang menyeluruh mengenai gereja yang mulia dalam rencana kekal Allah, gereja yang memuaskan hasrat hati-Nya. Rentang waktu dari gambar yang disaji­kan begitu luas, dari kekekalan lampau sampai kekekalan yang akan datang. Sebab itu, kita perlu membacanya di­sertai doa untuk memahaminya dengan tuntas dan men­cernanya di dalam roh.
Kiranya Tuhan, Kepala dari Tubuh yang mulia, mem­berikan roh hikmat dan wahyu kepada kita untuk menge­nal visi realitas gereja.

11.11.08

Buku Bagus

Watchman Nee
Pelihat Wahyu Ilahi Pada Zaman Ini
Karya Watchman Nee sudah dikenal sebagai sumber wahyu rohani dan suplai rohani bagi orang Kristen, dan namanya sudah tidak asing lagi bagi orang-orang yang percaya di seluruh dunia.
Dalam buku ini, seorang rekan sekerjanya yang paling dekat, Witness Lee, menulis tentang kehidupan dan pekerjaanya dengan pandangan , pengamatan dan rincian yang sangat berharga.
Beberapa rekan sekerjanya yang dekat dengannya juga memberi kesaksian mengenai dirinya.
Banyak bahan yang diungkapkan dalam buku ini tersimpan cukup lama, dan kini disampaikan kepada khalayak untuk pertama kalinya

Buku Bagus



Saudara saudari, bagi seorang Kristen yang normal, kedua hal ini — membaca Alkitab dan berdoa, merupakan dua aspek kehidupannya; tidak boleh kekurangan salah satu. Kita dapat melihat, bahwa dalam penentuan Allah, hampir setiap hal dalam alam semesta memiliki dua aspek.
Kehidupan sehari-hari orang Kristen di hadapan Tuhan juga memiliki dua aspek, di satu aspek membaca Alkitab, dan di aspek lain berdoa. Ketika kita berjalan, kita harus menggunakan kedua kaki kita berbarengan untuk menjaga keseimbangan. Kita seharusnya tidak berjalan 20 langkah dengan kaki kanan dan hanya 2 langkah dengan kaki kiri kita. Demikian juga perihal hidup kristiani di hadapan Allah, kita juga perlu membaca Alkitab dan berdoa secara berbarengan, untuk menjaga keseimbangan.