25.5.07

Menurut Sejarah Seharusnya ada 45 Generasi. Mengapa ditulis Hanya 42 Saja?Apakah Perjanjian Baru Salah?


Matius 1:17 Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus

Silsilah ini dibagi menjadi tiga zaman : (1) dari Abraham sampai Daud, empat belas generasi, zaman sebelum kerajaan didirikan; (2) dari Daud sampai pembuangan ke Babel, empat belas generasi, zaman kerajaan; (3) dari pembuangan ke Babel sampai Kristus, empat belas generasi lagi, zaman setelah kerajaan jatuh. Menurut sejarah, sebenarnya ada empat puluh lima generasi. Dengan menyisihkan tiga generasi yang terkutuk dan satu generasi yang tidak tepat, lalu menambahkan satu generasi dengan membuat Daud menjadi dua generasi (yang satu, zaman sebelum kerajaan didirikan, dan yang lain, zaman kerajaan), semuanya berjumlah empat puluh dua generasi, dibagi menjadi tiga zaman, masing-masing empat belas generasi. Angka empat belas terdiri dari sepuluh ditambah empat. Empat melambangkan makhluk ciptaan (Why. 4:6); sepuluh melambangkan kepenuhan (Mat.25:1). Jadi, empat belas melambangkan makhluk ciptaan dalam kepenuhan, kesempurnaan. Empat belas generasi dikalikan tiga menunjukkan bahwa Allah Tritunggal membaurkan diri-Nya dengan makhluk ciptaan sepenuhnya.

Silsilah ini dibagi menjadi tiga bagian : bagian nenek moyang; bagian raja-raja, dan bagian orang biasa, yang meliputi orang-orang yang tertawan dan orang-orang yang dipulihkan. Allah Bapa berhubungan dengan bagian nenek moyang; Allah Putra berhubungan dengan bagian raja-raja; dan Allah Roh berhubungan dengan bagian orang biasa. Ini juga menunjukkan pembauran Allah Tritunggal dengan manusia ciptaan-Nya.

Tiga kali empat belas sama dengan empat puluh dua. Empat puluh adalah angka pengujian, pencobaan, dan penderitaan (Ibr. 3:9; Mat. 4:2; 1Raj. 19:8). Empat puluh dua melambangkan peristirahatan dan kepuasan setelah pencobaan. Orang-orang Israel menempuh perjalanan melalui empat puluh dua tempat, kemudian baru masuk ke dalam tanah permai perhentian. Kerajaan Seribu Tahun sebagai perhentian akan datang setelah empat puluh dua bulan kesusahan besar (Why. 13:5). Setelah semua generasi mengalami pencobaan, pengujian, dan penderitaan, Kristus datang sebagai generasi keempat puluh dua untuk menjadi perhentian dan kepuasan kita.

Setiap Silsilah Selalu Menyebutkan Orang tua (Laki-laki)tetapi Yesus Disebut Dilahirkan dari Maria (Perempuan) Kenapa Demikian?

Setiap Silsilah Selalu Menyebutkan Orang tua (Laki-laki) mempunyai Anak (Laki-laki), tetapi Yesus Disebut Dilahirkan dari Maria (Perempuan) Kenapa Demikian?

Matius 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus

Pada butir ini catatan silsilah ini tidak mengatakan, “Yusuf mempunyai anak, Yesus,” yang sama dengan yang dikatakan tentang semua orang yang disebutkan terdahulu; silsilah ini mengatakan, “Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus.” Yesus dilahirkan dari Maria, bukan dari Yusuf, karena sudah dinubuatkan bahwa Kristus akan menjadi keturunan perempuan dan akan dilahirkan dari seorang anak dara (Kej. 3:15; Yes. 7:14).
Kristus tidak mungkin dilahirkan dari Yusuf, karena Yusuf adalah laki-laki dan keturunan Yekhonya. Tidak ada satu pun keturunan Yekhonya yang dapat mewarisi takhta Daud (Yer. 22:28-30). Namun, Maria adalah perawan dan keturunan Daud (Luk. 1:27, 31-32); sebagai orang yang demikian, dia adalah orang yang tepat yang melaluinya Kristus lahir. Pernikahan Yusuf dan Maria membawa Yusuf ke dalam hubungan dengan Kristus dan menyatukan dua garis silsilah Kristus untuk mendatangkan Kristus, seperti terlihat pada bagan. (Lihat bagan tentang Silsilah Yesus Kristus Dalam Alkitab dengan Catatan Kaki Versi Pemulihan).

Bagan ini menunjukkan bahwa silsilah Yesus Kristus dimulai dari Allah dan berlanjut sampai Yesus. Silsilah ini mulai dari Allah sampai Adam, dari Adam ke Abraham, dari Abraham melalui Ishak dan Yakub, dan terus ke Daud. Setelah Daud, silsilah ini terpecah menjadi dua garis. Garis pertama dimulai dari Natan dan berkahir pada Maria, dan garis kedua dimulai dari Salomo sampai Yusuf. Akhirnya, kedua garis ini menyatu karena pernikahan Maria dengan Yusuf, untuk mendatangkan Kristus.
Dalam keadaan seperti ini, tampaknya Kristus adalah keturunan Yekhonya, yang kelihatannya berada dalam garis keluarga bangsawan; sebenarnya Dia bukanlah keturunan Yekhonya, nenek moyang Yusuf, melainkan keturunan Daud, nenek moyang Maria, jadi Dia dapat memenuhi syarat untuk mewarisi takhta Daud.

Yusuf Anak Yakub ataukah Anak Eli?

Dalam Matius dikatakan Yakub Mempunyai Anak Yusuf, Sedangkan dalam Lukas dikatakan Yusuf Anak Eli. Bagaimanakah dapat terjadi demikian?



Matius 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus
Lukas 3:23 Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli



Di sini, silsilah ini mengatakan, “Yakub mempunyai anak, Yusuf,” tetapi Luk. 3:23 mengatakan, “Yusuf, anak Eli.” Catatan Lukas adalah “menurut hukum Taurat” (terjemahan harfiah dari “menurut anggapan orang” dalam Luk. 3:23), menunjukkan bahwa Yusuf sebenarnya bukan anak Eli, melainkan dianggap sebagai anak Eli, berdasarkan hukum. Yusuf adalah menantu Eli, ayah Maria. Mungkin ini seperti kasus dalam Bil. 27:1-8 dan 36:1-12, yang di dalamnya tercantum peraturan Allah, jika ada orang tua yang hanya memeiliki anak perempuan, sebagai ahli warisnya, warisan itu akan jatuh ke tangan anak perempuan itu, yang kemudian harus menikah dengan laki-laki dari suku yang sama, demi menjaga warisan mereka tetap pada suku itu. Peraturan ini pun berkaitan dengan silsilah Kristus, menunjukkan bahwa seluruh Alkitab adalah catatan tentang Kristus.

Istri Uria, Mengapa Namanya Tidak Disebut?

Matius 1:6 Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria

Uria adalah orang Het, orang kafir, dan istrinya adalah Batsyeba (2Sam. 11:3). Daud membunuh Uria dan mengambil Batsyeba. Karena itu, Batsyeba menikah lagi akibat perkara pembunuhan dan perzinaan (2Sam. 11:26-27). Selain satu kejahatan ini (1Raj. 15:5), Daud, manusia yang sesuai dengan hati Allah, melakukan hal yang benar dalam pandangan Tuhan seumur hidupnya. Silsilah ini tidak mengatakan, “dari Batsyeba”, melainkan “dari istri Uria”, untuk menekankan dosa besar dari Daud, dengan demikian menunjukkan bahwa Kristus sebagai Juruselamat rajani tidak hanya berkaitan dengan orang kafir, bahkan juga berkiatan dengan orang dosa.

Mengapa dalam Matius disebutkan Nama Lima Perempuan bahkan Sebagian Penuh Dosa?


Perempuan yang disebutkan namannya. Dari lima orang itu, hanya satu yang masih perawan – Maria, keturunan suku terpilih. Dari dia, Kristus dilahirkan secara langsung (ay. 16). Lainnya – Tamar, Rahab, Rut (ay. 5), dan Batsyeba yang semula adalah istri Uria (ay. 6) – sebagian bukan orang Yahudi, sebagian menikah lebih dari sekali, dan tiga orang di antaranya malah penuh dosa – Tamar melakukan perbuatan sumbang, Rahab adalah perempuan sundal, dan Batsyeba melakukan perzinahan. Ini menunjukkan bahwa Kristus tidak hanya berkaitan dengan orang Yahudi, tetapi juga berkaitan dengan orang dosa, dan merupakan Juruselamat rajani dari orang-orang dosa. Tamar adalah menantu Yehuda. Yehuda mempunyai anak Peres dan Zerah dari Tamar melalui perbuatan sumbang (Kej, 38:6-30). Benar-benar jahat!

Rahab adalah seorang perempuan sundal di Yerikho (Yos. 2:1), kota yang dikutuk oleh Allah untuk selamanya (Yos. 6:26). Sesudah dia berpaling kepada Allah dan kepada umat Allah (Yos. 6:22-23, 25; Ibr. 11:31) dan menikah dengan Salmon, seorang pemimpin suku Yehuda, suku yang terkemuka (1Taw. 2:10-11), dia melahirkan Boas, orang yang saleh, yang menjadi perantara kedatangan Kristus. Bagaimanapun latar belakang kita, jika kita berpaling kepada Allah dan umat-Nya, dan menyatukan diri dengan orang-orang yang tepat di antara umat Allah, kita akan menghasilkan buah yang tepat dan berbagian dalam kenikmatan hak kesulungan Kristus.

Rut berasal dari perbuatan sumbang, karena dia dari bangsa Moab (Rut 1:4), hasil dari perbuatan sumbang Lot dengan anak perempuannya sendiri (Kej. 19:30-38). Ulangan 23:3 melarang bangsa Moab masuk ke dalam jemaat Tuhan, bahkan sampai keturunan yang kesepuluh. Namun, Rut tidak hanya diperkenan oleh Tuhan, tetapi juga menjadi salah satu dari nenek moyang yang sangat penting dari Kristus, karena dia mencari Allah dan umat-Nya (Rut 1:15-17, 2:11-12). Tidak peduli siapa kita dan bagaimana latar belakang kita, asal kita memiliki hati yang mencari Allah dan umat-Nya, kita berada dalam kedudukan yang diperkenan dalam hak kesulungan Kristus.

Ibu Boas, Rahab, adalah orang Kanaan, seorang perempuan sundal; istrinya, Rut, adalah orang Moab, yang berasal dari perbuatan sumbang, dan sudah berstatus janda. Kedua perempuan ini bukan orang Yahudi, juga berasal dari kelas rendah, tetapi mereka menjadi rekanan Kristus. Kristus bukan hanya berkaitan dengan orang Yahudi, tetapi juga berkaitan dengan orang bukan Yahudi, bahkan dengan orang kalangan rendah.

Mengapa Tuhan disebut Anak Daud? Matius 1:1 (Mengapa Tuhan disebut Anak Daud? Dan Mengapa Dia juga disebut Anak Abraham?)

Matius 1:1 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.


Salomo adalah lambang Kristus sebagai anak Daud, Yang mewarisi takhta dan kerajaan Daud (2Sam. 7:12-13; Luk. 1:32-33). Sebagai lambang Kristus, Salomo terutama melakukan dua perkara : dia membangun Bait Allah dalam kerajaan (1Raj. 6:2) dan mengucapkan perkataan hikmat (1Raj. 10:23-24; Mat. 12:42).
Sebagai penggenap dari lambang tersebut, Kristus kini sedang membangun Bait Allah yang sejati, gereja, dalam Kerajaan Allah dan telah mengucapkan perkataan hikmat.

Ishak adalah lambang Kristus sebagai anak Abraham, Yang mewarisi janji dan berkat yang Allah berikan kepada Abraham (Kej. 22:17-18; Gal. 3:16, 14). Sebagai lambang Kristus, Ishak terutama melakukan dua perkara : dia taat sampai mati kepada ayahnya dan dibangkitkan dari kematian (Kej. 22:9-10; Ibr. 11:19), dan mengambil Ribka, seorang perempuan kafir, sebagai istrinya (Kej. 24:61-67).
Dalam menggenapi lambang ini, Kristus diletakkan dalam kematian, dan dipersembahkan kepada Allah serta dibangkitkan dari kematian, Dia pun mengambil gereja sebagai mempelai perempuan-Nya dari bangsa kafir.

12.5.07

Bagaimana Manusia Yang Berdosa, Sempurna Seperti Bapa Yang Sempurna

Bagaimana Manusia Yang Berdosa, Sempurna Seperti Bapa yang Sempurna?
Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Bagi umat kerajaan, menjadi sempurna seperti Bapa surgawi mereka yang adalah sempurna, berarti mereka sempurna dalam kasih-Nya. Mereka adalah anak-anak Bapa, memiliki hayat dan sifat ilahi Bapa. Karena itu, mereka dapat sempurna sama seperti Bapa mereka.
Permintaan hukum yang baru dari kerajaan jauh lebih tinggi daripada tuntutan hukum zaman lama. Permintaan yang lebih tinggi ini hanya dapat dipenuhi oleh hayat ilahi Bapa, bukan oleh hayat alamiah.
Kerajaan Surga adalah permintaan yang tertinggi, dan hayat ilahi Bapa adalah suplai tertinggi untuk memenuhi permintaan itu.
Pertama, Injil Matius menyajikan Kerajaan Surga sebagai permintaan yang tertinggi, dan terakhir, Injil Yohanes menyajikan hayat ilahi dari Bapa surgawi sebagai suplai yang tertinggi, yang dengannya kita dapat menempuh hidup yang tertinggi dari Kerajaan Surga.
Permintaan dari hukum baru kerajaan dalam ps. 5-7 sebenarnya merupakan ekspresi dari hayat baru, hayat ilahi, yang ada di dalam umat kerajaan yang dilahirkan kembali. Permintaan ini membuka batin orang yang dilahirkan kembali, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka mampu mencapai tingkat yang sedemikian tinggi dan memiliki kehidupan yang sedemikian tinggi.

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta Allah.

Pembacaan Alkitab Yehezkiel 47 ; Wahyu 22. Daniel 7: 9-10



Menurut wahyu dalam Alkitab, kita melihat dua aliran yang mengalir keluar dari takhta Allah. Yang satu aliran air hayat, dan yang lain aliran api.
Aliran air hayat diwahyukan dalam Yehezkiel 47 dan Wahyu 22. Dalam Yehezkiel, air hayat mengalir dari rumah Allah; sedang dalam Wahyu 22, air hayat mengalir dari takhta Allah. Dalam Daniel 7:9-10 kita melihat aliran lain, suatu aliran api, mengalir dari takhta Allah.
Air hayat untuk menghidupkan dan mendiris, sedangkan aliran api untuk menghukum, mengalirkan hukuman ke seluruh semesta. Air sungai itu mengalir keluar dari takhta Allah, akan mengalirkan segala hal yang positif ke Yerusalem Baru.
Aliran api keluar dari takhta Allah dan akan menyapu bersih segala hal negatif ke dalam lautan api.
Dalam awal Alkitab terdapat permulaan dua garis, garis hayat dan garis pengetahuan. Pada akhir Alkitab ada dua hasil, dua penyelesaian — kota air hayat dan lautan api yang menyala-nyala.
Di manakah Anda? Akan ke manakah Anda? Anda pada garis yang mana? Tentu garis hayat adalah garis yang benar dan garis pengetahuan adalah garis yang salah. Sebagai umat tebusan tentu saja kita berada pada garis yang benar yaitu garis hayat.
Namun mungkin saja hidup dan pekerjaan kita, yaitu cara kita hidup dan bekerja bagi Allah, berada pada garis yang salah. Meskipun manusia kita berada pada garis hayat, tetapi hidup dan pekerjaan kita mungkin berada pada garis pengetahuan.
Alkitab sejak mula telah memperingatkan manusia untuk menjauhi garis pengetahuan dan tetap berada atau kembali kepada garis hayat. Sekali kita diselamatkan, kita beroleh selamat selama-lamanya dan keselamatan kita teguh hingga kekal.
Namun, Alkitab memperingatkan kita mengenai hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita bagi Tuhan. Dalam Galatia Paulus memperingatkan kita untuk hidup oleh Roh (5:16) dan menabur dalam Roh (6:7-8). Bila tidak demikian, segala hal yang kita lakukan akan terbakar habis oleh api.
Dalam 1 Korintus 3 Paulus mengingatkan kita, pembangun-pembangun gereja, harus berhati-hati supaya membangun dengan bahan-bahan yang tepat. Jika kita membangun gereja dengan emas, perak, dan batu-batu permata, pekerjaan ini akan terus berlangsung sampai Yerusalem Baru, sebab Yerusalem Baru adalah kota yang dibangun dengan emas, mutiara, dan batubatu permata.
Sebaliknya, Paulus juga memperingatkan kita bahwa kayu, rumput, dan jerami hanya patut dibakar (1 Kor. 3:12-15). Semua yang dibangun dengan bahan-bahan itu akan disapu oleh aliran api ke dalam lautan api.
Jadi, kita patut waspada terhadap diri kita, hidup kita, dan pekerjaan kita. Kita sendiri harus berada pada garis yang benar, hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita juga harus berada pada garis yang benar.
Kemudian kita dan pekerjaan kita akan masuk ke dalam Yerusalem Baru. Kita harus sangat jelas mengenai kedua garis ini. (PH B.15)

1. Habel - Mengontak Allah Menurut Cara Allah

1. Habel — Mengontak Allah Menurut Cara Allah


Ciri-ciri kehidupan Habel ialah mengontak Allah menurut cara Allah (Kej. 4:4). Jangan berkata bahwa asal Anda mengontak Allah maka segala sesuatunya pasti benar. Menurut cara siapakah Anda mengontak Allah — menurut cara Allah atau cara Anda? Ada tiga golongan orang yang menyatakan bahwa mereka mengontak Allah : Orang Yahudi, orang agama tertentu, dan orang Kristen. Orang Yahudi mengontak Allah menurut cara mereka sendiri. Sesuai dengan Roma 10:2-3, orang Yahudi berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, tidak takluk kepada kebenaran Allah. Ini berarti mereka mengontak Allah menurut cara mereka sendiri. Orang yang beragama tertentu bahkan lebih bergairah menyembah Allah dengan cara mereka sendiri. Jika Anda mengunjungi tempat ibadah mereka, Anda akan melihat bahwa mereka nampaknya sangat saleh beribadah dengan bersujud menyembah Allah. Demikian pula banyak orang yang disebut Kristen, melakukan pelayanan mereka kepada Allah menurut cara mereka sendiri, tidak melalui penebusan Kristus, juga tidak di dalam Roh.
Bersumber pada apakah manusia mengontak Allah dengan caranya sendiri? Sumbernya ialah pikiran manusia yang merepotkan, yang tidak menghasilkan apa pun kecuali pengetahuan. Akibatnya, manusia mengontak Allah menu-rut cara pengetahuan, tidak menurut cara hayat. Tetapi Habel mengontak Allah menurut cara Allah. Dalam berita berikutnya kita akan melihat Kain, kakaknya, mengontak Allah menurut caranya sendiri. Cara Allah ialah hayat; cara Kain ialah pengetahuan. Kita semua perlu hati-hati. Anda boleh saja berkata bahwa Anda bagi Allah, namun mungkin Anda hanyalah bagi Allah menurut cara Anda sendiri. Anda menghampiri Allah menurut cara penemuan Anda sendiri, namun cara itu mutlak adalah pengetahuan. Janganlah mengikuti cara itu. Kita harus melihat teladan Habel dan mengontak Allah dengan mengesampingkan pikiran, pendapat, dan konsepsi kita. "Ya Tuhan, aku mengontak diri-Mu menurut cara-Mu. Aku tidak mengontak Engkau berdasarkan pikiran, konsepsi, atau pengetahuanku. Tuhan, Engkaulah caraku." Jika demikian, kita pasti menikmati Allah sebagai pohon hayat. Habel sungguh menikmati Allah sebagai pohon hayat. Dia benar-benar telah makan buah pohon ini. (PH.Kej)

2. Set dan Enos - Menyeru Nama Tuhan

2. Set dan Enos — Menyeru Nama TUHAN


Mungkin nama Set dan Enos asing bagi kita. Set dan Enos adalah generasi manusia yang ketiga dan keempat, tetapi Alkitab menganggapnya sebagai satu generasi. Setelah Habel dibunuh, garis hayat seolah-olah telah berakhir. Namun Set dan Enos telah dibangunkan untuk meneruskannya.
Dua generasi ini mempunyai satu ciri yang mencolok — mereka mulai memanggil nama TUHAN (Kej. 4:26). (Istilah "memanggil" di sini, menurut bahasa aslinya lebih tepat diterjemahkan sebagai "menyeru". red.). Tidak saja mereka berdoa, tetapi juga menyeru nama TUHAN. Jika Anda membaca Alkitab asli dalam bahasa Ibrani dan Yunani, Anda akan melihat bahwa arti kata "menyeru" tidak hanya berdoa, bahkan memanggil dengan suara lantang.
Walaupun semua orang Kristen berdoa, namun sedikit yang berdoa dengan menyeru. Kebanyakan orang Kristen berdoa dengan sangat khusuk, bahkan berdoa dalam hati. Tetapi generasi manusia yang ketiga dan keempat sudah tahu bahwa mengontak Allah perlu memanggil-Nya, berseru kepada-Nya. Janganlah mendebat bahwa Allah tidak tuli, Ia dapat mendengar kita. Bahkan Tuhan Yesus sandiri berdoa dengan ratap tangis di taman (Ibr. 5:7).
Sepanjang zaman Set dan Enos, manusia belajar berdoa kepada Allah dengan berseru kepada-Nya. Jika Anda mencobanya, Anda akan menemukan suatu perbedaan. Rasul Paulus mengatakan bahwa Tuhan adalah kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya (Rm. 10:12). Jika Anda ingin menikmati kelimpahan Tuhan, Anda perlu menyeru nama-Nya.
Misalkan Anda sedang membantu seorang yang baru percaya untuk menjamah Tuhan dalam doa. Dia berdoa (dengan suara lembut) : "Tuhan Yesus, Engkaulah Putra Allah. Engkau mati bagiku. Aku menerima Engkau sebagai juruselamatku. Aku berterima kasih kepada-Mu." Walaupun ini adalah suatu doa yang baik, tetapi lebih baik Anda membantunya berseru kepada Tuhan dengan nyaring. Jika dia berkata (dengan nyaring) : "Oh, Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mati bagiku." Rohnya akan tergugah dan ia akan menjamah Tuhan secara hidup.
Meskipun generasi manusia yang ketiga dan keempat menemukan cara menyeru nama Tuhan, akan tetapi cara menyeru kepada-Nya ini lambat laun makin lenyap. Banyak orang Kristen hari ini mengabaikannya, bahkan meremehkannya. Meskipun demikian, tak seorang Kristen pun yang dapat meloloskan dirinya dari menyeru nama Tuhan. Sewaktu tenteram dan tidak ada kesulitan, mungkin Anda dapat menahan untuk berdiam diri, segan menyeru nama Tuhan, takut kehilangan muka. Namun ketika Anda dilanda kesusahan, entah itu kecelakaan mobil atau mendadak sakit, dengan spontan Anda akan berseru kepada-Nya, "Oh, Tuhan!" Kita tidak perlu mengajar orang menyeru nama Tuhan. Suatu hari, mereka akan berseru kepada-Nya. Ketika kesulitan menimpa, niscaya mereka akan merasa perlu menyeru nama-Nya. Menyeru nama Tuhan berarti menikmati-Nya dan makan Dia sebagai pohon hayat. (PH. Kej)

3. Henok - Hidup Bergaul Dengan Allah

3. Henokh — Hidup Bergaul dengan Allah


Ciri-ciri hidup Henokh ialah hidup bergaul dengan Allah (Kej. 5:22, 24). Kita tidak diberi tahu bahwa dia bekerja bagi Allah atau melakukan hal-hal yang besar bagi Allah, tetapi dia hidup bergaul dengan Allah. Hal ini sangat berarti. Untuk hidup bergaul dengan seseorang, Anda harus menyukainya. Jika saya tidak menyukai Anda, saya tidak akan bergaul dengan Anda. Mula-mula saya menyukai Anda, lalu mencintai Anda, dan kemudian saya akan bergaul terus dengan Anda.
Fakta Henokh hidup bergaul dengan Allah membuktikan bahwa ia mencintai Allah. Ia senang hidup di hadirat Allah. Tuhan Yesus mencela gereja di Efesus karena mereka banyak bekerja bagi Allah, namun telah meninggalkan kasih yang semula (Why. 2:2-4). Tuhan tidak ingin melihat begitu banyak pekerjaan baik. Ia hanya ingin melihat kasih kita kepada-Nya.
Misalnya, seorang Istri melakukan banyak pekerjaan yang baik untuk suaminya, tetapi tidak pernah tinggal di hadapan suaminya. Tentu saja sang suami akan berkata, "Aku tak ingin kau sibuk, namun jauh dariku. Aku menginginkan seorang istri yang senantiasa bersamaku."
Henokh hidup bergaul dengan Allah. Jika kita membaca Kejadian 5:21-24 dengan teliti, kita akan melihat bahwa Henokh mulai hidup bergaul dengan Allah pada usia 65 dan terus bergaul dengan-Nya selama 300 tahun. Hari demi hari ia bergaul dengan Allah sampai 300 tahun lamanya. Akhirnya Allah seolah-olah berkata, "Henokh, kau telah hidup bergaul dengan-Ku cukup lama. Biarlah Aku mengangkatmu kepada-Ku."
Banyak orang Kristen sangat senang membicarakan perihal kedatangan Tuhan dan pengangkatan orang Kristen. Namun tahukah Anda bahwa pengangkatan itu memerlukan orang mengasihi Tuhan dan hidup di hadirat-Nya? Kita perlu mencintai Tuhan. "Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu. Aku mau hidup di hadirat-Mu. Aku mau hidup bergaul dengan-Mu karena aku mencintai-Mu." Sikap cinta ini adalah persiapan, syarat, dan dasar pengangkatan.
Berdasarkan apakah Henokh diangkat? Ia diangkat berdasarkan hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun. Henokh memberi kita teladan yang sangat baik. (PH.Kej)

4.Nuh - Hidup Bergaul Dengan Allah

4. Nuh — Hidup Bergaul dengan Allah


Nuh mengikuti langkah-langkah Henokh, juga hidup bergaul dengan Allah (Kej. 6:9). Sesungguhnya ia hidup bergaul dengan Allah lebih dari 300 tahun. Karena Nuh hidup bergaul dengan Allah, maka Allah menunjukkan kepadanya suatu visi mengenai apa yang ingin Ia lakukan dalam zaman itu. Nuh menerima visi bahtera, guna menyelamatkan 8 orang dari suku bangsa yang telah jatuh.
Seperti Nuh, kita tidak boleh berbuat menurut konsepsi kita. Apa yang kita lakukan harus menurut visi yang kita terima sewaktu kita bergaul dengan Tuhan. Dalam pergaulan kita sehari-hari dengan Tuhan, kita pasti mengerti maksud hati-Nya, pikiran-Nya, dan kehendak-Nya. Demikian, kita akan bekerja dan melayani menurut maksud hati Allah, bukan menurut pikiran kita sendiri.
Nuh menikmati Allah dengan jalan hidup bergaul dengannya. (PH. Kej)

5. Abraham - Hidup Dalam Penampakan Allah dan Menyeru Nama Tuhan

5. Abraham — Hidup dalam Penampakan Allah
dan Menyeru Nama Tuhan


Abraham lebih menonjol daripada Nuh. Sebagaimana telah kita tunjukkan dalam Pelajaran-Hayat Surat Roma, Abraham telah ditransfusi dengan penampakan kemuliaan Allah. Ketika Abraham berada di Ur-Kasdim, Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya dan telah menariknya (Kis. 7:2). Menurut catatan dalam Kejadian, Allah pernah beberapa kali menampakkan diri kepada Abraham (Kej. 12:7; 17:1; 18:1). Abraham sendiri bukanlah raksasa iman, dia lemah seperti kita. Allah yang Mahamulia berkali-kali menampakkan diri kepada Abraham, dan setiap kali unsur-unsur kudusnya ditransfusikan ke dalamnya, supaya ia bisa hidup demi iman Allah. Pengalaman Abraham mengingatkan kita kepada baterai yang bekerja dengan baik setelah diisi, tetapi perlu diisi kembali setelah beberapa saat. Mempelajari sejarah Abraham menurut penampakan diri Allah kepadanya sangatlah menarik. Allah memanggil Abraham keluar dari Ur-Kasdim dan memimpinnya dengan berkali-kali menampakkan diri kepadanya. Sebagaimana telah saya sebutkan, ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan Ur-Kasdim, Ia tidak memberinya peta atau petunjuk-petunjuk lain. Abraham berjalan menurut penampakan Allah. Di mana penampakan Allah, ke sanalah Abraham pergi. Dengan jalan demikian Abraham menikmati kelimpahan Allah.
Selain penampakan diri Allah, Abraham juga menyeru nama Tuhan (Kej. 12:7-8). Anak Abraham, Ishak, dan cucunya, Yakub, juga menyeru nama Tuhan. Karena ketiga generasi ini sama, maka Allah disebut Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Hal ini berarti bahwa Allah adalah Allah umat-Nya yang hidup dalam penampakan-Nya dan yang menyeru nama-Nya. Karena Abraham hidup dalam penampakan Allah dan menyeru nama-Nya, maka Abraham menikmati-Nya sebagai pohon hayat. Menurut Kejadian 18, Allah menampakan diri kepada Abraham ketika ia duduk di depan pintu kemahnya, dan Ia tinggal bersamanya selama setengah hari, bahkan makan bersamanya. Sebab itu, Alkitab mengatakan bahwa Abraham adalah sahabat Allah (Yak. 2:23). Dalam Kejadian 18, Allah dan Abraham bercakap-cakap dan makanbersama seperti sahabat.
Tentu saja kita semua ingin mempunyai kenikmatan akan Tuhan yang demikian. Namun bagian kita hari ini jauh lebih baik daripada pengalaman Abraham dalam Kejadian 18. Menurut Wahyu 3:20, Tuhan Yesus sedang mengetuk di depan pintu. Siapa saja mendengar suara-Nya dan membuka pintu, Tuhan akan masuk ke dalamnya dan makan bersamanya. Hari demi hari kita boleh berpesta dengan Tuhan. Abraham makan dengan Tuhan kira-kira setengah hari, tetapi kita bisa berpesta dengan Tuhan terus-menerus. Kita bisa bertemu dengan Tuhan pada makan pagi, makan siang, dan makan malam. Bagian kita lebih tinggi dan lebih limpah daripada bagian Abraham.
Abraham menikmati Allah sebagai pohon hayat. Apakah pohon hayat itu? Pohon hayat ialah suplai hayat yang mempertahankan hidup kita di hadirat Allah. Demikianlah Abraham menikmati Allah. (PH Kej.)

6. Ishak - Hidup Dalam Penampakan Allah dan Menyeru Nama Tuhan

6. Ishak — Hidup dalam Penampakan Allah
dan Menyeru Nama Tuhan



Ishak, anak laki-laki Abraham, mengontak Allah dengan jalan yang sama seperti ayahnya. Ia hidup dalam penampakan Allah dan menyeru nama Tuhan (Kej. 26:2, 24-25). Ia tidak saja mewarisi semua berkat dari ayahnya, tetapi juga jalan untuk menikmati Allah. (PH. Kej)

7. Yakub - Hidup Dalam Penampakan Allah dan Menyeru Nama Tuhan

7. Yakub — Hidup dalam Penampakan Allah
dan Menyeru Nama Tuhan


Yakub, sebagai generasi ketiga dari umat terpanggil, akhirnya dipimpin Allah sampai tidak lagi hidup menurut cara perampasannya, melainkan menurut cara yang sama dengan kakek dan ayahnya dalam mengontak Allah.
Setelah ditanggulangi oleh Allah sejangka waktu yang panjang, ia belajar hidup dalam penampakan Allah dan menyeru nama Tuhan (Kej. 35:1, 9; 48:3). Baginya, jalan ini tidak saja merupakan jalan warisan, tetapi juga jalan di mana ia dipimpin oleh pendisiplinan Allah. (PH. Kej)

8. Musa - Hidup Dalam Penampakan dan Penyertaan Tuhan

8. Musa — Hidup dalam Penampakan dan Penyertaan Allah


Musa adalah orang yang sangat menarik. Ia dilahirkan pada waktu orang-orang Israel berada di bawah penganiayaan orang-orang Mesir. Allah dengan kedaulatan-Nya meletakkan dia di istana Firaun, dan dia dibesarkan sebagai salah seorang anggota keluarga kerajaan, sebagai anak laki-laki putri Firaun. Musa mendengar penderitaan bangsanya di bawah kekuasaan orang-orang Mesir, mungkin mendengarnya dari inang pengasuhnya yang sesungguhnya adalah ibu kandungnya. Berita-berita itu tentu menggerakkan hati Musa. Mungkin Musa berkata, "Orang-orang Mesir telah menganiaya bangsaku." Walaupun Musa berbaik hati, tetapi hati itu adalah hati pengetahuan, hati yang mati. Inilah keadaan di antara banyak orang Kristen hari ini. Banyak yang berbaik hati. Mereka terharu dan ingin melakukan sesuatu untuk Allah. Tetapi Musa berbuat menurut cara dan kekuatannya sendiri. Akibatnya gagal dan ia sangat kecewa. Musa akhirnya menyadari bahwa ia tidak dapat berbuat apa pun; ia begitu kecewa sehingga ia menyerah. Seolah-olah ia berkata, "Aku begitu baik hati terhadap bangsaku, tetapi Allah tidak mau membantuku. Allah tidak menghargai usaha-usahaku. Allah tidak bersertaku, karena itu aku akan melupakan segalanya dan pergi ke padang belantara." Walaupun ia prihatin terhadap kebahagiaan umat Israel, namun ia sedih karena kegagalannya dan melarikan diri ke padang belantara, di sana ia kesepian dan putus asa, serta menjadi penggembala kambing domba. Musa yang dididik dalam segala hikmat orang Mesir dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (Kis. 7:22), sekarang adalah penggembala kecil di padang belantara, seorang yang kalah dan dirundung dukacita.
Pada suatu hari, di tengah-tengah kekecewaannya, Allah datang. Allah menampakkan diri kepada Musa dalam nyala api di semak belukar; semak belukar menyala tetapi tidak dimakan api (Kel. 3:2, 16). Musa merasa heran dan pergi melihat semak belukar itu. Allah seolah-olah berkata kepada Musa, "Hai Musa, kau harus seperti semak belukar yang menyala ini. Janganlah membakar dengan dirimu sendiri atau berbuat dengan dirimu sendiri. Kamu baik hati, tetapi kamu berbuat menurut prinsip yang salah." Kita boleh memakai sebuah mobil masa kini sebagai contoh. Kita tolol sekali kalau ingin menggerakkan mobil dengan menarik atau mendorongnya. Itu hanya akan membuat kita sangat lelah. Kita harus menggunakan bensin sebagai sumber kekuatan. Ketika bensin terbakar, mobil pun bergerak. Kita harus demikian menjalankan kendaraan. Demikian juga Musa belajar berhenti dari pengetahuannya sendiri, caranya sendiri, tenaganya sendiri, dan aktivitasnya sendiri. Musa mulai belajar hidup di hadirat dan penampakan Allah seperti yang dilakukan nenek moyangnya, ia tidak lagi melakukan dengan dirinya sendiri. Sejak waktu itu, ia bersatu dengan Allah. Untuk memimpin bani Israel keluar dari Mesir. TUHAN berkata kepadanya, "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Dan Musa berkata kepada Tuhan, "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini" (Kel. 33:14-15). Hal ini menunjukkan Musa mengetahui bahwa bekerja bagi Tuhan perlu adanya penyertaan Tuhan. Ia bergerak dalam penyertaan Allah.
Setelah Musa membawa bani Israel keluar dari Mesir, Allah memanggilnya ke puncak gunung, di sana tinggal se-lama 40 hari. Pada waktu ia berada di puncak gunung, ia benar-benar dicurahi sinar kemuliaan Allah. Tatkala ia turun dari gunung, kemuliaan Allah terpancar dari wajahnya (Kel. 34:29). Pada puncak gunung itu Musa menikmati Allah sepenuhnya sebagai pohon hayat. Walaupun pohon hayat telah lenyap bagi orang-orang yang tidak percaya, tetapi ia muncul kembali kepada orang seperti Musa. Musa menikmati Allah sebagai pohon hayat di gunung kemuliaan.
Musa, seperti Nuh menerima visi bangunan Allah. Ketika ia dalam kemuliaan di atas gunung, Allah memberinya contoh rinci tentang tempat kediaman-Nya di bumi (Kel. 25:9). Jika kita bersatu dengan Allah sewaktu kita melayani-Nya dan bekerja bagi-Nya, pekerjaan kita tidak akan menjadi suatu jerih payah, melainkan suatu kenikmatan. Ketika saya berbicara bagi Tuhan, saya sangat menikmati-Nya. Setiap kali saya selesai menyampaikan berita, saya merasa dikenyangkan. Setiap pelayanan yang dari Allah dan menurut Allah sesungguhnya merupakan makanan bagi pembicara itu sendiri. Musa melayani Allah dan menikmati Allah secara demikian. (PH. Kej)

9. Bani Israel - Menempuh Perjalanan di Hadirat Tuhan

9. Bani Israel — Menempuh Perjalanan di Hadirat Tuhan


Ketika kita membicarakan bani Israel, kita mudah sekali mempunyai kesan yang buruk terhadap mereka. Jika kita mengenang kembali betapa mereka melayani lembu emas di padang gurun, kita akan merasa mereka sungguh-sungguh kasihan. Namun, segala sesuatu dalam alam semesta mempunyai dua aspek. Misalnya kita mempunyai siang dan malam. Di setiap rumah ada ruang tamu dan tempat sampah. Dalam Alkitab kita dapat menemukan hal positif dan hal negatif, tergantung dari sudut mana kita melihat. Misalnya, Abraham yang begitu baik mempunyai selir dan dia tidak sebaik yang kita kira. Tetapi kita tidak boleh memandang penting pada hal-hal negatif lebih daripada hal-hal positifnya. Khususnya sewaktu kita membaca sejarah bani Israel.
Selama 40 tahun, bani Israel menempuh perjalanan di hadirat Tuhan (Kel. 13:21-22; Bil. 14:14). Mereka mempunyai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Orang-orang Israel tidak berjalan menurut opini mereka, tetapi hanya mengikuti gerakan tiang. Sesungguhnya, tidak ada dua tiang melainkan hanya satu. Pada siang hari tiangnya kelihatan seperti awan dan pada malam hari tiangnya kelihatan seperti api. Siang harinya Allah menaungi mereka, melindungi mereka dari terik matahari. Malam harinya mereka diberi terang untuk menerangi jalan mereka. Tiang ini adalah Allah sendiri. Sebab itu, sepanjang 40 tahun lamanya di padang gurun bani Israel menikmati penyertaan Allah. Mereka juga makan manna, yaitu makanan surgawi, hari lepas hari mereka menikmati Allah sebagai pohon hayat. Bahkan di padang gurun, kita pun nampak garis pohon hayat. Boleh jadi kita mempunyai pendapat yang negatif tentang bani Israel di padang gurun, tetapi bagaimanapun, mereka mengalami pohon hayat, sehingga hari demi hari mereka menikmati Allah.
Tidakkah baik sekali jika kita hari ini mengalami tiang awan, tiang api, dan manna surgawi seperti itu? Namun jangan lupa bahwa bagian kita jauh lebih baik. Kita mempunyai Roh Kudus sebagai tiang awan dan Alkitab sebagai tiang api. Kita juga mempunyai Tuhan Yesus sebagai manna surgawi kita. Ketika kita berjalan melalui padang gurun, Tuhan beserta kita dan kita menikmati-Nya sebagai pohon hayat.(PH. Kej)

10. Yosua - Hidup dan Bekerja di Hadirat Tuhan

10. Yosua — Hidup dan Bekerja di Hadirat Tuhan


Ketika Allah memanggil Yosua, Allah mendorongnya, menjamin bahwa Ia akan menyertainya seperti Ia menyertai Musa (Yos. 1:5-9). TUHAN memberi tahu Yosua agar perkasa dan berani, sebab TUHAN akan menyertainya ke mana pun ia pergi. Yosua adalah orang yang menikmati Allah.
Asalkan kita menikmati penyertaan Allah, kita dapat menjadi Yosua hari ini. Allah tidaklah jauh dari kita; Ia beserta dengan kita sepanjang waktu. Maka seperti Yosua, kita dapat hidup, bertindak, dan bekerja di hadirat Tuhan. (PH.Kej)

11. Gideon - Berperang Dalam Penyertaan Tuhan

11. Gideon — Berperang Dalam Penyertaan Tuhan


Ciri-ciri Gideon yang utama ialah berperang dalam penyertaan Tuhan (Hak. 6:12, 16). Ia tidak saja hidup, bertindak, dan bekerja dalam penyertaan Tuhan, tetapi juga berperang dalam penyertaan Tuhan. Kita semua harus seperti dia. Di satu aspek, perbuatan dan tingkah laku kita sehari-hari itulah bertindak, di aspek lain perbuatan dan tingkah laku kita adalah bekerja, dan di aspek lain lagi juga adalah berperang. Tak peduli kita bertindak, bekerja, atau berperang, kita harus dalam penyertaan Tuhan. Berada dalam penyertaan Tuhan secara sederhana berarti menikmati Tuhan sebagai pohon hayat. Gideon menikmati Allah sebagai pohon hayat. (PH.Kej)

12. Samuel - Berdoa dan Berseru Kepada Tuhan

12. Samuel — Berdoa dan Berseru Kepada Tuhan


Samuel adalah orang yang ajaib dalam Perjanjian Lama, seorang yang senantiasa berdoa bagi anak-anak Allah. Alkitab mengatakan, Samuel memberi tahu orang-orang bahwa ia takkan berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan mereka (1 Sam. 12:23).
Ketika Samuel mendengar bahwa raja Saul berdosa kepada Allah, ia sangat sedih, ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman (1 Sam. 15:11). Karena itu Alkitab menyebut Samuel sebagai "orang yang menyerukan nama-Nya" (Mzm. 99:6), juga menganggap sebagai "orang yang berdiri di hadapan TUHAN' (Yer. 15.1).
Kesemuanya ini mewahyukan kepada kita bahwa Samuel adalah orang yang senantiasa berdoa, orang yang menyeru nama Tuhan, dan orang yang berdiri di hadapan Tuhan. Dengan berdiri di hadapan Tuhan dan menyeru nama Tuhan, ia menikmati Tuhan, menerima-Nya sebagai pohon hayat. Penikmatan ini membuatnya menjadi orang yang menakjubkan dalam sejarah manusia. (PH. Kej)

11.5.07

13. Daud - Bersandar Kepada Allah, Menengadah Kepada Allah dan Menikmati Hayat Allah

13. Daud — Bersandar Kepada Allah, Menengadah Kepada Allah
dan Menikmati Hayat Allah


Daud adalah seorang yang bersandar kepada Allah dan menengadah kepada-Nya (1 Sam. 17:37, 45; 30:6). Rahasia hidup Daud ialah ingin sekali diam di rumah TUHAN seumur hidupnya dan menyaksikan kemurahan TUHAN (Mzm. 27:4, 8, 14).
Ini berarti ia menikmati penyertaan Allah. Lagi pula ia menikmati Allah sebagai lemak dan sungai keriangan (Mzm. 36:9-10).
Daud berkata; "Pada-Mu ada sumber hayat." Hal ini membuktikan bahwa bahkan di zaman dahulu, Daud menikmati hayat Allah sebagai pohon hayat dan sebagai sungai yang mengalir di dalamnya.
Penikmatan akan Allah ini membuatnya menjadi seorang raja yang begitu agung di antara bani Israel. (PH. Kej)

14. Daniel - Berdoa Kepada Allah

14. Daniel — Berdoa Kepada Allah


Kita semua tidak asing lagi mengenai cerita Daniel. Namun orang Kristen pada umumnya hanya ingin mengetahui tentang nubuat Daniel. Mereka ingin mengetahui tentang nubuat Daniel. Mereka ingin mengetahui tentang patung besar dalam Daniel 2; patung dengan kepala emas, bahu perak, perut kuningan, kaki besi, dan jari-jari kaki tanah liat. Mereka juga ingin mengetahui binatang-binatang buas yang keluar dari laut dalam Daniel 7. Orang-orang muda semua tertarik pada perkara-perkara ini.
Meskipun beberapa tahun yang lalu saya menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari hal-hal tersebut, akhirnya saya lebih menghargai segi-segi lain dalam kitab Daniel. Sekarang saya menyukai kitab Daniel karena di dalamnya saya melihat seorang yang senantiasa berdoa dan tak henti-hentinya mengontak Allah (Dan. 6:10-11; 9:3-4; 10:2-3, 12).
Menurut Daniel 6, Daniel melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja di dalam kerajaan Darius. Para pejabat tinggi dan wakil raja lainnya merasa iri hati dan mencari alasan untuk mendakwa Daniel, mereka ingin menyingkirkannya. Mendengar hal ini, Daniel segera pergi kepada Tuhan serta berdoa.
Tujuan komplotan yang terdiri dari 120 pejabat tinggi itu ialah menggoncangkan hubungan Daniel dengan Allah. Tetapi Daniel membuka jendela dan mengarah ke Yerusalem dan berdoa tiga kali sehari.
Ketika Daniel membaca kitab Nabi Yeremia, ia tahu bahwa waktu 70 tahun penawanan akan segera berakhir, ia mulai berdoa (Dan. 9:2-3). Kemudian ia menerima visi lain dan ia berdoa terus-menerus selama 3 minggu sampai memperoleh jawaban (Dan. 10:1-3, 12). Kehidupan berdoa Daniel menghasilkan suatu kehidupan yang kudus.
Di Babilonia, tanah barhala itu ia menempuh hidup dengan kudus. Misalnya, Daniel menolak makan makanan raja, yakni makanan yang disajikan terlebih dulu kepada berhala dan kemudian baru diberikan kepada raja dan rakyatnya untuk dimakan (Dan. 1:8). Walaupun Daniel menolak makanan itu, namun ia sangat menikmati Allah. Ia menikmati Allah sebagai pohon hayat. (PH. Kej)

15. Yesus - Adalah Putra Allah, Hidup Oleh Allah

15. Yesus — Adalah Putra Allah, Hidup oleh Allah


Sewaktu kita sampai pada Perjanjian Baru, kita tahu bahwa orang pertama dalam Perjanjian Baru adalah Tuhan Yesus.
Yesus tidak hanya menikmati pohon hayat, Ia sendiri justru pohon hayat itu. Ia sendiri mengatakan bahwa Ia datang dari Bapa dan Ia hidup oleh Bapa (Yoh. 6:57).
Ia tidak hidup menurut pengetahuan atau pelajaran. Ia hidup, bertindak, dan bekerja menurut Bapa yang bekerja di dalam diri-Nya (Yoh. 14:10). (PH.Kej)

16. Kaum Beriman Perjanjian Baru - Hidup Oleh Tuhan

16. Kaum Beriman Perjanjian Baru — Hidup oleh Tuhan


Nasib kita sebagai kaum beriman Perjanjian Baru ialah tinggal di dalam Tuhan dan membiarkan Tuhan tinggal di dalam kita (Yoh. 15:5). Ini berarti kita menikmati Tuhan. Tuhan Yesus memberi tahu kita bahwa kita harus makan Dia, karena siapa yang makan Dia akan hidup oleh Dia (Yoh. 6:57; 14:19).
Kita harus makan Tuhan Yesus karena Dialah Roh hayat kita, pohon hayat kita. Pohon hayat ialah hayat yang disajikan dalam bentuk makanan.
Dalam Yohanes 6 Tuhan mempersembahkan diri-Nya sebagai suplai hayat juga dalam bentuk makanan, serta memberi tahu kita bahwa Dialah roti hayat (ayat 35) dan daging-Nya dapat dimakan (ayat 55).
Jika kita makan Dia, kita akan memperoleh-Nya sebagai hayat kita dan suplai hayat yang olehnya kita hidup. Inilah penikmatan yang sejati terhadap pohon hayat. (PH.Kej)

17. Paulus - Memperhidupkan Tuhan

17. Paulus — Memperhidupkan Tuhan


Di antara semua orang saleh dalam Perjanjian Baru, Paulus. adalah contoh orang yang memperhidupkan Tuhan.
Dalam Galatia 2:20 Paulus berkata bahwa Kristus hidup di dalamnya dan hidup yang dia tempuh adalah hidup oleh iman akan Tuhan Yesus. Paulus mengatakan bahwa dia sendiri telah disalib dan dikubur, sehingga kini Kristus yang hidup di dalamnya.
Pada akhirnya Paulus dapat mengatakan, "Bagiku hidup adalah Kristus" (Flp. 1:21). Kristus adalah hayatnya dan suplai hayatnya, karena Paulus menikmati Kristus sebagai pohon hayat. (PH.Kej)

18. Gereja Adalah Tubuh Kristus - Hidup Berdasarkan Kristus Sebagai Hayat

18. Gereja Adalah Tubuh Kristus —
Hidup Berdasarkan Kristus Sebagai Hayat


Gereja adalah Tubuh Kristus. Tidaklah mungkin bagi tubuh untuk tidak menikmati kepala. Tubuh tidak dapat dipisahkan dari kepala, sebab pemisahan demikian berarti kematian. Seluruh gereja adalah Tubuh Kristus, tergantung pada Kristus, dan hidup berdasarkan Kristus sebagai hayat (Ef. 1:23; Kol. 3:4). Dengan ini kita bisa melihat bahwa gereja boleh menikmati Kristus sebagai pohon hayat. (PH. Kej)

19. Yerusalem Baru - Ditunjang oleh Sungai Hayat dan Pohon Hayat

19. Yerusalem Baru —
Ditunjang oleh Sungai Hayat dan Pohon Hayat


Pada akhir Alkitab kita melihat perampungan sempurna pohon hayat — Yerusalem Baru. Di tengah-tengah kota itu kita nampak sungai hayat mengalir keluar dari takhta Allah dan Anak Domba, di mana tumbuh pohon hayat yang berbuah tiap bulannya (Why. 22:1-2).
Nasib dan bagian kita pada alam kekal ialah menikmati pohon hayat dan air hayat. Alkitab berakhir dengan suatu janji dan panggilan. Janji itu ditemukan dalam Wahyu 22:14 yang mengatakan, "Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon hayat" (Tl.). Panggilan ini dijumpai di Wahyu 22:17 yang berbunyi, "Siapa yang mau, hendaklah ia mengambil air hayat dengan cuma-cuma!"
Jadi, seluruh Alkitab berakhir dengan makan dan minum, dengan menikmati Allah sebagai pohon hayat dan dengan meminum-Nya sebagai air hayat. Inilah perampungan sempurna garis hayat.
Apa yang harus kita lakukan hari ini? Kita tidak perlu melakukan apa pun, kita hanya dengan sederhana tinggal pada garis pohon hayat, menikmati Allah sebagai hayat kita dan suplai hayat kita. Allah akan memelihara segala sesuatu. Demi menikmati Tuhan sebagai suplai hayat kita, kita memiliki penempuhan hidup sehari-hari kita, tindakan kita, pekerjaan kita, dan pembangunan gereja.
Dengan demikian, segala sesuatu kita akan menurut kadar ilahi Allah, bukan menurut konsepsi kita sendiri. Sekarang kita tahu jalan yang harus kita tempuh. Kiranya Tuhan membelaskasihani kita, supaya kita dapat terus berada pada garis hayat. (PH. Kej)

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta Allah.
Pembacaan Alkitab Yehezkiel 47 ; Wahyu 22. Daniel 7: 9-10



Menurut wahyu dalam Alkitab, kita melihat dua aliran yang mengalir keluar dari takhta Allah. Yang satu aliran air hayat, dan yang lain aliran api.
Aliran air hayat diwahyukan dalam Yehezkiel 47 dan Wahyu 22. Dalam Yehezkiel, air hayat mengalir dari rumah Allah; sedang dalam Wahyu 22, air hayat mengalir dari takhta Allah. Dalam Daniel 7:9-10 kita melihat aliran lain, suatu aliran api, mengalir dari takhta Allah.
Air hayat untuk menghidupkan dan mendiris, sedangkan aliran api untuk menghukum, mengalirkan hukuman ke seluruh semesta. Air sungai itu mengalir keluar dari takhta Allah, akan mengalirkan segala hal yang positif ke Yerusalem Baru.
Aliran api keluar dari takhta Allah dan akan menyapu bersih segala hal negatif ke dalam lautan api.
Dalam awal Alkitab terdapat permulaan dua garis, garis hayat dan garis pengetahuan. Pada akhir Alkitab ada dua hasil, dua penyelesaian — kota air hayat dan lautan api yang menyala-nyala.
Di manakah Anda? Akan ke manakah Anda? Anda pada garis yang mana? Tentu garis hayat adalah garis yang benar dan garis pengetahuan adalah garis yang salah. Sebagai umat tebusan tentu saja kita berada pada garis yang benar yaitu garis hayat.
Namun mungkin saja hidup dan pekerjaan kita, yaitu cara kita hidup dan bekerja bagi Allah, berada pada garis yang salah. Meskipun manusia kita berada pada garis hayat, tetapi hidup dan pekerjaan kita mungkin berada pada garis pengetahuan.
Alkitab sejak mula telah memperingatkan manusia untuk menjauhi garis pengetahuan dan tetap berada atau kembali kepada garis hayat. Sekali kita diselamatkan, kita beroleh selamat selama-lamanya dan keselamatan kita teguh hingga kekal.
Namun, Alkitab memperingatkan kita mengenai hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita bagi Tuhan. Dalam Galatia Paulus memperingatkan kita untuk hidup oleh Roh (5:16) dan menabur dalam Roh (6:7-8). Bila tidak demikian, segala hal yang kita lakukan akan terbakar habis oleh api.
Dalam 1 Korintus 3 Paulus mengingatkan kita, pembangun-pembangun gereja, harus berhati-hati supaya membangun dengan bahan-bahan yang tepat. Jika kita membangun gereja dengan emas, perak, dan batu-batu permata, pekerjaan ini akan terus berlangsung sampai Yerusalem Baru, sebab Yerusalem Baru adalah kota yang dibangun dengan emas, mutiara, dan batubatu permata.
Sebaliknya, Paulus juga memperingatkan kita bahwa kayu, rumput, dan jerami hanya patut dibakar (1 Kor. 3:12-15). Semua yang dibangun dengan bahan-bahan itu akan disapu oleh aliran api ke dalam lautan api.
Jadi, kita patut waspada terhadap diri kita, hidup kita, dan pekerjaan kita. Kita sendiri harus berada pada garis yang benar, hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita juga harus berada pada garis yang benar.
Kemudian kita dan pekerjaan kita akan masuk ke dalam Yerusalem Baru. Kita harus sangat jelas mengenai kedua garis ini. (PH B.15)

1. Kain - Mempersembahkan Menurut Cara Sendiri

1. Kain - Mempersembahkan Menurut Cara Sendiri


Kain, anak laki-laki Adam yang pertama dan generasi manusia yang kedua, adalah manusia pertama yang hidup menurut pengetahuan. Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya kepada Tuhan sebagai kurban persembahan (Kej. 4:3).
Meskipun hal ini nampaknya sangat baik, tetapi sesungguhnya salah, karena Kain mempersembahkan kurban persembahan kepada Allah menurut caranya sendiri, tidak menurut cara Allah.
Cara Allah ialah menghendaki manusia yang telah jatuh mempersembahkan kurban penebusan dosa untuk mengontak Allah. Tetapi Kain hanya mempersembahkan hasil tanah, tidak mempersembahkan darah penebusan dosa. Persembahan Kain adalah menurut apa yang dipikirkannya sendiri, menurut caranya sendiri. Persembahan demikian berasal dari pikiran manusia.
Kita harus berhati-hati. Sebagaimana telah kita bicarakan, prinsip pohon pengetahuan adalah merdeka terhadap Allah. Hal ini berarti kita dengan merdeka membuat keputusan sendiri. Meskipun Kain melakukan suatu hal yang baik, tetapi merdeka terhadap Allah. Akibat dari segala sesuatu yang baik namun tidak bersandar Allah adalah kematian.
Hal ini sama dengan penyekat yang menyumbat aliran listrik. Tak peduli bahan apa yang digunakan sebagai penyekat, mungkin berlian, aliran listrik akan tetap terputus. Masalahnya bukanlah bahan itu baik atau buruk, tetapi hal itu telah menjadi penyekat. Demikian juga jika ada sesuatu yang memisahkan kita dengan Allah, tak peduli betapa baiknya hal itu, tetap mendatangkan maut.
Sebagai akibat perbuatan Kain yang tidak bersandar kepada Allah, Kain pergi dari hadapan TUHAN (Kej. 4:16). Hal ini sungguh menakutkan! Tak peduli bagaimana baiknya kita, asal kita meninggalkan hadirat Allah, itulah celaka! Kita boleh baik atau buruk, tetapi jika kita meninggalkan hadirat Allah, akibatnya akan sama.
Sekali manusia berbuat menurut caranya sendiri dan pergi dari hadapan Allah, lalu mendambakan mendirikan suatu bangunan untuk dirinya sendiri. Kain mendirikan sebuah kota dan diberi nama Henokh, menurut nama anaknya (Kej. 4:17). Kain tidak menamainya menurut nama Allah; ia membuat suatu nama untuk manusia. Inilah suatu pernyataan bahwa manusia merdeka terhadap Allah. (PH. Kej)

2. Nimrod

2. Nimrod


Nimrod adalah seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan Tuhan (Kej. 10:8-11). Dialah orang yang berkuasa di bumi, orang yang mutlak merdeka terhadap Allah. Ia membangun kerajaan untuk dirinya sendiri, dan Babel itulah permulaan kerajaannya. Banyak orang Kristen mengetahui tentang manusia membuat menara dan kota Babel, namun sedikit sekali mengetahui bahwa kerajaan Babel didirikan oleh Nimrod.
Dalam sejarah manusia, kerajaan pertama mungkin adalah kerajaan Babel yang didirikan oleh Nimrod, yang juga pendiri kota besar Niniwe di Asyur. Bangunannya menandakan bahwa manusia sepenuhnya merdeka terhadap Allah.
Berkebalikan dengan itu, Abraham tidak mendirikan menara apa pun kecuali mezbah kecil. Ia tinggal di kemah. Demikian juga Nuh tidak mendirikan apa pun selain sebuah bahtera dan mezbah.
Orang yang bersandar kepada Tuhan tidak mengerjakan banyak aktivitas pembangunan. Makin kita menaruh keyakinan kepada Allah, akan makin sedikit kita mempunyai bangunan merdeka. Hanya pekerja-pekerja raksasa yang tidak bersandar kepada Allah, yang mau membangun menara-menara tinggi mereka. (PH. Kej)

3. Orang-Orang di Babel

3. Orang-Orang di Babel


Orang-orang di Babel mengadakan perundingan (Kej. 11:3). Mereka tidak berdoa atau bertanya kepada Tuhan apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi. Sejarah manusia merupakan suatu sejarah dewan. Setelah Perang Dunia I, dibentuklah Liga Bangsa-bangsa dan liga ini sesungguhnya adalah suatu dewan. Setelah Perang Dunia II berakhir, Liga Bangsa-bangsa diubah menjadi Persatuan Bangsa-bangsa yang memiliki bangunan megah di New York, dan hampir setiap hari mengadakan konferensi. Dewan-dewan manusia semacam itu mutlak merdeka terhadap Allah. Akibat dewan di Babel itu ialah membangun sebuah menara tinggi bagi nama manusia, dan mendirikan sebuah kota bagi milik manusia. (PH. Kej)

4. Lot

4. Lot

Walaupun Lot adalah seorang yang beroleh selamat, namun ia terhanyut keluar dari garis hayat, karena ia memilih menurut pandangannya sendiri (Kej. 13:10-11; cf. 14-15). Ketika Lot memisahkan diri dari Abraham, ia melayangkan pandangannya seraya melihat lembah Yordan dan membuat keputusan menurut pandangannya sendiri. Ia tidak berdoa, "Tuhan, aku tak tahu apa yang harus aku kerjakan. Aku harus bagaimana? Tuhan, belaskasihanilah aku. Biar Engkau saja yang memilih. Aku ingin Engkau yang memilihkan." Lot tidak berdoa demikian, tetapi memilih menurut pandangannya sendiri. Akibatnya, ia pindah ke Sodom, kota kejahatan (Kej. 13:12-13; cf. ayat 18).
Ingat, kapan Anda memilih jalan merdeka terhadap Allah, niscaya jalan Anda akan terus menurun. Jalan Anda akan mengarah ke Sodom, kota yang penuh dosa. (PH. Kej)

5. Esau

5. Esau


Jika kita membaca sejarah Esau, kita tahu bahwa ditinjau dari norma-norma kehidupan, ia tidak melakukan apa-apa. Yakublah yang malahan lebih buruk. Tetapi sebagai seorang pemburu, Esau berburu untuk kepuasannya sendiri (Kej. 25:27, 29).
Esau berburu tidak bersandar kepada Allah, akhirnya untuk memuaskan seleranya, ia menjual hak kesulungannya (Kej. 2:30-34). Semua orang yang merdeka terhadap Allah sudah menjual hak kesulungannya, yaitu kenikmatan akan Allah. Karena Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya agar menjadi ekspresi-Nya, berarti manusia sejak lahir telah berhak mengekspresikan Allah.
Jadi setiap orang sejak lahir mempunyai hak untuk mengekspresikan Allah. Tetapi setiap orang telah menjual hak kesulungannya karena merdeka dari Allah.
Apakah maksudnya bertobat dan percaya Tuhan Yesus? Bertobat berarti memalingkan angan-angan kita, pikiran kita. Dahulu membelakangi Allah, tetapi setelah mendengar Injil, kita berbalik menghadap Allah.
Percaya Tuhan Yesus artinya kembali kepada hak sulung manusia kita, kembali kepada kenikmatan akan Allah dan mengekspresikan Allah. Inilah arti bertobat dan percaya Tuhan Yesus. Esau tidak demikian, sebaliknya bergerak pada arah yang berlawanan. (PH. Kej)

6. Harun

6. Firaun


Dalam kitab Keluaran 1-12, kita melihat betapa Firaun itu seorang yang merdeka terhadap Allah. Ia bukan saja merdeka terhadap Allah, bahkan membangkang terhadap Allah. Ia pernah bertanya, "Siapakah Allah?" (Kel. 5:2). Firaun tidak mempedulikan Allah dan ia tidak mau tahu tentang Allah.
Jadi hati Firaun degil, ia mengeraskan hatinya dan karena itu Allah pun mengeraskan hatinya (Kel. 7:13, 22; 8:15, 19, 32; 9:34-35). Sekali demi sekali hati Firaun bertambah keras. Hari ini hati manusia di seluruh dunia mengeras karena mereka tidak mempedulikan Allah.
Mereka memperhatikan dewan-dewan, rencana-rencana, siasat-siasat mereka, tetapi tidak mempedulikan Allah. Karena itu Allah pun membiarkan mereka dan hati mereka menjadi keras. (PH. Kej)

7. Harun

7. Harun


Nama Harun adalah nama yang baik. Walaupun ia seorang Imam Besar dan berada pada garis hayat, namun Harun bertindak menurut garis pengetahuan. Ketika Musa di gunung menikmati Allah sebagai pohon hayat, Harun dan orang-orang Israel berada di kaki gunung. Mereka tidak berdoa juga tidak menengadah kepada TUHAN.
Ketika umat itu mengusulkan kepada Harun untuk membuat ilah dari emas bagi mereka, ia mengabulkan permintaan mereka (Kel. 32:1, 4, 24).
Kadangkala kita tidak seharusnya mendengarkan perkataan orang-orang, karena perhimpunan itu mungkin mengusulkan suatu anjuran yang menentang Allah. Harun menerima anjuran mereka untuk membuat patung dari emas tanpa bertanya kepada Allah lebih dulu.
Patung itu sangat menarik, bukan dari tanah liat, melainkan dari emas. Sewaktu Musa turun dari puncak gunung, ia bertanya kepada Harun apa yang terjadi. Harun menjawab bahwa ia melemparkan emas ke dalam api, dan keluarlah lembu emas itu (Kel. 32:24).
Harun seolah-olah hendak membela dirinya sendiri, agar Musa jangan menyalahkannya; jelas ia menganggap dirinya tidak berbuat keterlaluan.
Tetapi selama kita merdeka terhadap Allah, tak peduli kita berbuat banyak atau sedikit, atau sama sekali tidak berbuat apa-apa, anak lembu emas itu tetap akan muncul. Kita tidak perlu melakukan banyak, asal tidak bersandar kepada Allah, akibatnya muncul anak lembu emas. (PH. Kej)

8. Nadab dan Abihu

8. Nadab dan Abihu


Nadab dan Abihu mempersembahkan kepada Allah api asing dengan ukupan mereka (Im. 10:1-2). Meskipun ukupan itu baik, tetapi api itu asing, bukan api yang diambil dari mezbah penebusan dosa.
Api yang mereka gunakan itu dapat diterima oleh konsepsi mereka, tetapi api itu asing bagi Allah.
Api yang asing itu adalah menurut cara mereka sendiri, tidak menurut wahyu Allah, karena itu mendatangkan maut atas diri mereka. (PH. Kej)

9. Miryam dan Harun

9. Miryam dan Harun


Miryam dan Harun mengatai Musa karena Musa mengambil seorang perempuan Kusy (Bil. 12:1-2). Jelas, dalam hal ini Musa memang bersalah. Namun Miryam dan Harun menentang Musa, bukan karena akibat mengontak Allah, tetapi karena motivasi mereka sendiri. Sumber penentangan mereka terhadap Musa bukan dari Allah, melainkan dari mereka sendiri, dari pengetahuan mereka. Hal ini mendatangkan amarah Allah kepada mereka, menyebabkan Miryam kena kusta dan selama 7 hari dikucilkan di luar tempat perkemahan (Bil. 12:9-15).
Catatan Alkitab memberi tahu kita bahwa hanya satu pimpinan yang selamanya tidak pernah salah — yaitu pimpinan Tuhan Yesus. Pimpinan lain ada saja kekurangannya. Berbeda dengan pimpinan Tuhan Yesus, semua pimpinan lain selalu ada kesalahannya. Meskipun demikian, kita harus sangat hati-hati untuk tidak melontarkan serangan, sekalipun orang yang memimpim itu salah. (PH. Kej)

10. Sepuluh Pengintai

10. Sepuluh Pengintai



Kegagalan sepuluh pengintai itu ialah mereka melihat situasi negeri itu dari sudut pandangan mereka sendiri (Bil. 13:28, 32-33). Ketika mereka mengintai negeri itu, mereka melihat raksasa-raksasa dan kota-kotanya berkubu, lalu mereka takut.
Mereka tidak memalingkan pandangan mereka kepada Allah, seperti Yosua dan Kaleb. Mereka gagal karena mereka bersandar kepada pengetahuan mereka, dan mereka menolak bersandar kepada Tuhan (cf. Bil. 13:30; 14:6-9).
Bila Anda berada dalam situasi yang sulit, janganlah menyelidikinya menurut pandangan Anda sendiri. Berbuat demikian hanya akan memalingkan Anda dari Allah. Dalam keadaan sulit, hendaklah Anda menutup mata, di dalam roh berpaling kepada Allah sambil berdoa kepada-Nya. Dengan demikian Anda akan tertolong.
Karena sepuluh pengintai itu melihat keadaan itu melalui pandangan mereka sendiri, maka mereka tidak bersandar kepada Tuhan seperti halnya Kaleb dan Yosua.
Yosua dan Kaleb seolah memberi tahu orang-orang, "Lupakanlah keadaan itu dan bersandarlah kepada Tuhan. Tuhan lebih tinggi daripada kubu-kubu kota dan lebih besar daripada semua raksasa."
Perbedaan di antara sepuluh pengintai dengan Yosua dan Kaleb ialah yang dua orang bersandar kepada Tuhan dan yang sepuluh menyelidiki keadaan kota itu demi pengertian mereka sendiri, yaitu menanggapi seturut pengetahuan mereka sendiri. (PH. Kej)

11. Korah dan Rombongannya

11. Korah dan Rombongannya


Korah dan rombongannya menyerang kekuasaan perwakilan Allah (Bil. 16:1-3). Setiap penyerangan terhadap kekuasaan Allah, baik yang beralasan maupun yang tanpa alasan, bersumber dari pikiran manusia sendiri.
Hari ini dalam gereja, prinsipnya sama. Mungkin Anda menyerang para pemimpin karena Anda merasa mereka "berbuat keterlaluan", tetapi serangan Anda yang bersumber dari pikiran manusia membawakan kematian rohani bagi Anda.
Korah dan rombongannya menderita kematian oleh karena mereka menyerang kekuasaan Allah.
Mungkin Anda mengira menyerang pemimpin-pemimpin gereja adalah benar, tetapi Anda harus tahu akibatnya — kematian atau hayat? Jika Anda sungguh-sungguh benar, akibat serangan Anda tentu hayat.
Saya dapat bersaksi bahwa di masa lampau, saya pernah melihat beberapa serangan terhadap pimpinan dalam gereja, namun setiap serangan itu telah membawa kebinasaan bagi si penyerang sendiri. Alangkah serius!
Anda harus bertanya kepada diri sendiri, "Apakah seranganku berasal dari roh, dari takhta Allah atau dari pikiranku?" Menyerang kekuasaan perwakilan Allah, tak peduli apa alasannya, berarti berada pada garis pengetahuan yang menghasilkan maut.
Penyerangan Korah dan rombongannya dikarenakan fakta bahwa mereka mengabaikan penyertaan Allah (Bil. 16:19). Jika mereka mengindahkan penyertaan Allah, mereka akan tertolong dari perkara serangan mereka terhadap Musa dan Harun. Mereka akan berpaling dari garis pengetahuan ke garis hayat. (PH. Kej)

12. Saul

12. Saul

Saul tidak melakukan dosa amoral seperti Daud. Tetapi ia menumpas musuh menurut kesenangannya (1 Sam. 15:8).
Allah memberi tahu dia untuk menumpas semua musuhnya, tetapi Saul menyisakan beberapa yang baik menurut pandangannya. Saul bertindak berdasarkan diri sendiri, tanpa menuruti Tuhan (1 Sam. 15:11, 22-23).
Akibat dari perbuatan yang tidak bersandar kepada Allah ini, Saul kehilangan takhta dan kerajaannya.(PH. Kej)

13. Absalom

13. Absalom


Absalom memberontak terhadap ayahnya, raja Daud (2 Sam. 15:10-13). Menurut catatan 2 Samuel 13-18, ia seorang yang mutlak bertindak menurut dirinya sendiri dan pengetahuannya sendiri.
Dia tidak bersandar kepada Allah, dan akibatnya tak lain adalah maut. (PH. Kej)

14, Ahab - Sama Sekali Merdeka Terhadap Allah

14. Ahab


Ahab adalah seorang raja yang jahat. Ia mengawini Izebel; seorang perempuan milik Iblis, penyembah berhala, dan membuat mezbah untuk Baal, berhala yang paling ternama waktu itu (1 Raj. 16:30-32).
Meskipun Ahab dilahirkan di tengah-tengah bangsa milik Allah, namun ia lebih rusak daripada orang yang tidak bersandar kepada Allah.
Sedikit pun tidak mempunyai pikiran terhadap Allah. Sama sekali merdeka terhadap Allah. (PH. Kej)

14. Ahab

14. Ahab


Ahab adalah seorang raja yang jahat. Ia mengawini Izebel; seorang perempuan milik Iblis, penyembah berhala, dan membuat mezbah untuk Baal, berhala yang paling ternama waktu itu (1 Raj. 16:30-32).
Meskipun Ahab dilahirkan di tengah-tengah bangsa milik Allah, namun ia lebih rusak daripada orang yang tidak bersandar kepada Allah.
Sedikit pun tidak mempunyai pikiran terhadap Allah. Sama sekali merdeka terhadap Allah. (PH. Kej)

15. Imam-Imam Kepala dan Ahli-Ahli Taurat

15. Imam-Imam Kepala dan Ahli-Ahli Taurat


Sekarang sampailah kita pada Perjanjian Baru. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mengetahui Alkitab. Ketika raja Herodes menanyakan di mana Kristus akan dilahirkan, mereka segera bisa memberi jawaban (Mat. 2:4-6).
Pengetahuan Alkitab tidak ada salahnya, namun hanya memegang pengetahuan Alkitab seperti imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, itu berbahaya sekali. Mereka tahu bahwa Kristus akan dilahirkan di Betlehem, tetapi tak seorang pun dari mereka yang pergi ke sana. Hal ini membuktikan bahwa mereka berada di garis pengetahuan, tidak pada garis hayat.
Orang-orang majus dari Timur, yang tidak mempunyai pengetahuan Alkitab, berada pada garis hayat. Mengikuti bintang di langit, mereka datang ke tempat Kristus berada dan menyembah-Nya.
Jelaslah, orang-orang majus dari negeri kafir mempunyai hayat, sedangkan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mempunyai pengetahuan Alkitab, tetapi akibat dari pengetahuan mereka itulah maut.
Pengetahuan tidak bisa memberikan hayat. (PH. Kej)

16. Nikodemus

16. Nikodemus


Nikodemus adalah orang yang baik. Namun ketika pertama kali ia datang kepada Tuhan, ia berada pada garis pengetahuan (Yoh. 3:1-2). Ia berkata kepada Yesus, "Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah.." Dalam jawaban-Nya, Tuhan memalingkan Nikodemua dari pengajaran dan pengetahuan ke garis hayat (Yoh. 3:3). Tuhan seolah-olah memberi tahu Nikodemus, "Kamu tidak perlu pengajaran. Kamu perlu kelahiran baru dan hayat baru. Nikodemus, kamu tidak perlu pengetahuan yang lebih banyak. Sebagai guru Taurat Musa, kamu sudah cukup berpengetahuan. Apa yang kamu perlukan adalah hayat baru." (PH. Kej)

17. Perempuan Samaria

17. Perempuan Samaria

Sekalipun perempuan Samaria ini adalah orang yang amoral, dia tetap beragama. Dia mempunyai pengetahuan agama yang tradisional, tetapi dia hidup dalam dosa tanpa kepuasan (Yoh. 4:15-20).
Hal ini membuktikan bahwa agama tidak dapat menolong manusia. Perempuan Samaria berada pada garis pengetahuan. Tuhan Yesus memimpin dia kepada Allah, Roh itu, sebagai air hayat bagi kepuasannya (Yoh. 4:21-24, 14).
Walaupun dia berada pada garis pengetahuan, Tuhan memalingkannya ke garis hayat. (PH. Kej)

18. Para Penganut Agama Yahudi

18. Para Penganut Agama Yahudi


Sekarang kita tiba pada para penganut agama Yahudi. Menurut Yohanes 5, Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang telah sakit selama 38 tahun. Hal ini terjadi pada hari Sabat, sebab itu orang-orang Yahudi merasa tersinggung (Yoh. 5:1-16). Mereka hanya mempedulikan hari Sabat, tetapi tidak mempedulikan perhentian yang sejati orang lain. Orang lumpuh tadi sudah 38 tahun tidak mempunyai perhentian, bahkan pada hari Sabat pun. Baru setelah Tuhan Yesus menyembuhkannya, ia mengalami perhentian yang sejati. Orang-orang Yahudi menyalahkan Tuhan Yesus. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa di dalamnya kamu temukan hidup yang kekal . . . namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (ayat 39-40). Dengan perkataan lain, Tuhan memberi tahu mereka bahwa mereka menyelidiki Alkitab karena mereka mengira di dalamnya ada hayat yang kekal, namun mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk mendapat hayat sejati itu.
Prinsipnya sama dengan yang terjadi pada orang-orang hari ini. Banyak orang Kristen menyelidiki Alkitab dengan anggapan di dalamnya ada hayat yang kekal, namun mereka tidak mau datang mengontak Tuhan yang hidup itu. Mungkin saja kita membaca banyak ayat dan pasal dalam Alkitab tanpa mengontak Tuhan. Jangan kita sekali-kali memisahkan pembacaan Alkitab kita dengan berkontak dengan Tuhan. Dua hal ini haruslah satu. Setiap kali kita membaca Alkitab, kita harus berkata, "Tuhan Yesus, biarlah aku mengontak Engkau dalam firman kudus ini. Tuhan Engkau adalah firman hidup. Tanpa Engkau sebagai firman hidup, aku tak dapat menerima hayat dari kata-kata itu. Tuhan, aku harus mengontak Engkau. Meskipun Engkau sangat misterius, aku memuji Engkau, karena Engkau telah memberiku firman yang dapat dijamah. Firman ini solid, kukuh, dan konkret. Aku berterima kasih atas firman yang dapat kudoa-bacakan itu. Tetapi, Tuhan, yang kubutuhkan bukanlah tulisan-tulisan hitam di atas putih, melainkan diri-Mu sendiri, Sang Roh hayat." Inilah cara menggunakan Alkitab yang benar.
Sekali-kali jangan merdeka terhadap Tuhan sewaktu mengontak Alkitab. Anda tidak perlu membaca buku novel yang amoral untuk mengalami maut. Jika Anda membaca Alkitab tanpa di dalam roh, Anda juga akan mengalami maut. Jadi, bahkan membaca Alkitab pun bisa berada pada garis pengetahuan yang menuju kepada maut. (PH. Kej)

19. Ahli-Ahli Taurat dan Orang-Orang Farisi

19. Ahli-Ahli Taurat dan Orang-Orang Farisi



Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempertahankan pengetahuan hukum Taurat, tetapi masih tetap berada di bawah perbudakan dosa (Yoh. 8:5, 9, 34).
Mereka membawa perempuan pelaku dosa kepada Tuhan, dan seturut pengetahuan mereka menuntut Tuhan memberikan jawaban ya atau tidak terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap perempuan itu. Mereka berkata bahwa Musa memerintahkan, terhadap orang yang demikian, harus dilempari batu sampai mati.
Kitab Yohanes menunjukkan beberapa kali Tuhan Yesus ditantang supaya memberi jawaban ya atau tidak, namun Tuhan selalu menolaknya. Tuhan tidak menjawab bukan karena Ia kurang cakap, melainkan karena Ia hanya mempedulikan hayat.
Kitab Yohanes adalah kitab hayat. Hayat itu murni hayat, bukan pengetahuan ya atau tidak, baik atau buruk.
Ya atau tidak, baik atau buruk adalah milik pohon pengetahuan. Tuhan tidak mau menjawab mereka dengan cara itu. Ia membungkuk seraya menulis-nulis di tanah, kemudian Ia menjawab, "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertarna rnelernparkan batu kepada perempuan itu." Ketika Tuhan berkata demikian, perkataan-Nya menyentuh hati nurani mereka sehingga pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang paling tua.
Tak seorang pun di antara mereka yang tanpa dosa. Satu-satunya orang yang tanpa dosa ialah Tuhan Yesus. Jadi, jawaban Tuhan menunjukkan bahwa diri-Nya sendiri adalah pohon hayat. (PH. Kej)

20. Murid-Murid Tuhan

20. Murid-Murid Tuhan



Janganlah mengira bahwa kita yang adalah murid-murid Tuhan, pasti berada pada garis hayat. Murid-murid yang beserta Tuhan masih tetap mempertahankan pengetahuan tradisi agamanya pada waktu mereka melihat seorang yang buta sejak lahir (Yoh. 9:1-3).
Berdasarkan pengetahuan agama mereka, mereka bertanya, "Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirka.n buta?" Tuhan menjawab, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia." Tuhan tidak memberi mereka jawaban ya atau tidak, melainkan memimpin mereka kepada Allah.
Ya atau tidak adalah milik pohon pengetahuan baik dan jahat, tetapi Allah adalah pohon hayat. Tuhan membimbing murid-murid-Nya dari garis pengetahuan menuju garis hayat.(PH. Kej)

21. Marta

21. Marta


Marta adalah seorang murid Tuhan. Namun dia dimiliki oleh garis pengetahuan, mempertahankan pengetahuan ajaran-ajaran tentang kebangkitan di akhir zaman (Yoh. 11:24).
Marta mengeluh kepada Tuhan, jikalau Tuhan ada di sana, Lazarus tentunya tidak akan mati. Ketika Tuhan berkata bahwa saudaranya akan bangkit, Marta segera menanggapi perkataan-Nya, bahwa ia tahu Lazarus akan bangkit. pada kebangkitan akhir zaman (Yoh. 11:23-24).
Ia menunda kehangkitan yang ada sekarang sampai akhir zaman kelak. Jawaban Tuhan adalah menunjukkan hayat kebangkitan sekarang ini, tetapi Marta, oleh pengetahuan agamanya, menanggapi perkataan Tuhan dengan menunda kebangkitan itu sampai waktu kelak.
Hal ini sangat menakutkan! Marta menguraikan Alkitab sangat baik dan sangat mendasar, tetapi Tuhan memimpinnya kepada kebangkitan sekarang dengan berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup" (Yoh. 11:25).
Seolah-olah Tuhan memberi tahu Marta, "Tidak perlu menunggu sampai kelak. Kamu tidak perlu menunggu sampai akhir zaman. Akulah hayat kebangkitan sekarang juga. Jangan sekali-kali mengubah perkataan-Ku dengan tafsiranmu yang mendasar yang agamis itu. Justru sekarang Akulah kebangkitan." (PH. Kej)

22. Petrus

22. Petrus


Segera setelah menerima visi dari Bapa yang di surga (Mat. 16:17), Petrus kembali ke pikirannya dan diperalat oleh Iblis untuk menghalangi Tuhan disalibkan (Mat. 16:21-23). Tuhan mencelanya, "Enyahlah Iblis . . . sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Berpikir adalah perihal di dalam pikiran dan milik pengetahuan. Jika kita menggunakan pikiran kita di dalam garis pengetahuan tanpa bersandar kepada Tuhan, itu sangat mudah dijajah dan diperalat oleh Iblis.
Meskipun Petrus berada pada garis hayat, namun tanpa disadarinya ia telah bergeser ke garis pengetahuan.
Kita semua harus berhati-hati terhadap pikiran kita! Jika tidak, kita akan direbut Iblis, sumber maut. (PH. Kej)

23. Yudas

23. Yudas


Yudas adalah salah seorang dari kedua belas murid Tuhan, tetapi di dalam pikirannya ia selalu menghitung-hitung uang (Yoh. 12:4-6).
Secara mutlak ia berada pada garis pengetahuan yang mematikan dan tidak pada garis hayat. Meskipun ia sering bersama-sama dengan Tuhan Yesus, Sang pohon hayat itu, namun karena pikirannya dipenuhi dengan angan-angan terhadap uang, ia membuka dirinya kepada Iblis yang menyusupkan pikiran untuk mengkhianati Tuhan ke dalam hatinya (Yoh. 13:2).
Akhirnya, "ia kerasukan Iblis" (Yoh. 13:27), dan dengan tiga puluh keping perak ia mengkhianati Tuhan (Mat. 26:15).
Akibatnya, ia tidak saja tidak mendapatkan keuntungan uang itu, malahan sebaliknya menggantung diri (Mat. 27:5). (PH. Kej)

Orang-Orang Yahudi

24. Orang-Orang Yahudi


Orang-orang Yahudi mempertahankan hukum Tauratnya dan berdasarkan hukum itu menjatuhkan hukuman mati atas diri Tuhan Yesus (Yoh. 19:7). Mereka berkata, "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu ia harus rnati, sebab ia menganggap dirinya sebagai Anak Allah."
Menurut hukum mereka, Tuhan telah menghujat Allah dengan mengatakan dirinya Anak Allah. Jadi, menurut hukum Taurat itulah mereka menjatuhkan hukuman mati atas diri Tuhan.
Kita harus hati-hati dalam menggunakan dan mengutip Alkitab. Kita menggunakan Alkitab pada jalan hayat atau pada jalan pengetahuan.
Alkitab haruslah sebagai pohon hayat yang membawakan hayat kepada kita, tetapi Alkitab dapat juga menjadi pohon pengetahuan yang membawakan maut kepada kita. Jadi, dalam hal menggunakan Alkitab pun kita harus hati-hati.(PH. Kej)

25. Saulus dari Tarsus

25. Saulus dari Tarsus


Saulus dari Tarsus adalah seorang penganut agama yang terkemuka. Di dalam agama Yahudi dia jauh lebih maju daripada teman sebayanya yang ada di antara bangsanya, seorang yang sangat rajin memelihara istiadat nenek moyangnya. Akhirnya ia menganiaya gereja (Gal. 1:13-14).
Agama dengan pengetahuan tradisinya selalu merupakan penganiayaan terhadap gereja yang hidup. Bagaimana Allah mengalihkan Saulus dari Tarsus ini ke garis hayat? Tatkala Saulus sedang menganiaya gereja-gereja, Allah menyatakan Anak-Nya di dalamnya, supaya ia hidup demi Dia (Gal. 1:16; 2:20).
Saulus sangat agamis. Tak seorang pun berpikir bahwa agama itu salah, tetapi agama seluruhnya berada pada garis pengetahuan.
Hanya ketika Anda berpaling kepada Kristus yang hidup, barulah Anda beralih dari garis pengetahuan ke garis hayat. (PH. Kej)

26. Orang-Orang Korintus

26. Orang-Orang Korintus


Kaum beriman di Korintus mempunyai segala macam pengetahuan, tetapi mereka sombong dan tetap sebagai bayi di dalam Kristus (1 Kor. 1:5; 8:1; 3:1).
Pengetahuan tidak bisa membantu orang bertumbuh satu inci pun, sebaliknya hanya bisa membuat orang tetap sebagai bayi dalam rohaninya.
Jika Anda lebih condong kepada pengetahuan, Anda akan lebih lama tinggal sebagai bayi di dalam Kristus.
Dalam suratnya yang pertama kepada orang-orang Korintus, Paulus mengalihkan mereka dari pengetahuan kepada pertumbuhan hayat, supaya mereka mengalami perubahan bagi bangunan Allah (1 Kor. 3:6-12).
Paulus berkata, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang menumbuhkan." Seolah-olah Paulus memberi tahu orang-orang Korintus, "Kalian tidak memerlukan pengetahuan yang lebih banyak. Yang kalian perlukan adalah pertumbuhan hayat. Pertumbuhan hayat ini untuk perubahan yang menghasilkan bahan-bahan berharga bagi bangunan Allah.
Kalian perlu pertumbuhan hayat agar kalian bertumbuh dari manusia duniawi menjadi manusia rohani yang sejati, sehingga kalian dapat menjadi batu-batu permata bagi bangunan Allah." (PH. Kej)

27. Kaum Gnostik

27. Kaum Gnostik


Pada zaman para rasul, ada suatu filsafat yang disebut gnostikisme. Gnostikisme merupakan gabungan alam pemikiran orang-orang Mesir, Babilonia, Yahudi, dan Yunani. Filsafat yang eklektis ini lambat laun menjalari hidup gereja dan dilukiskan dalam Kolose 2:8 sebagai filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia.
Filsafat ini menawan dan merusak banyak orang yang menerima Kristus sebagai hayat mereka. Saat itu pemerintahan Roma tidak merusak kaum beriman sedahsyat agama Ibrani atau filsafat Yunani.
Maksud Paulus menulis Surat kepada orang-orang Kolose ialah menyuruh mereka berpaling kepada Kristus yang telah mereka terima.
Karena mereka telah menerima Kristus, wajiblah mereka juga hidup di dalam Dia (Kol. 2:6), bukan menurut filsafat, pendapat manusia, atau pun ajaran-ajaran dunia.(PH. Kej)

28. Para Pemecah Belah di Dalam Gereja

28. Para Pemecah-belah di dalam Gereja


Kitab Perjanjian Baru menyebutkan para pemecah-belah di dalam gereja. Dalam Roma 16:17 Paulus menasihati kita supaya waspada terhadap para pemecahbelah itu. Mereka mempertahankan ajaran-ajaran yang bertentangan, menimbulkan perpecahan dan godaan-godaan. Mereka membual muluk-muluk, berkata manis-manis, dan berpura-pura membantu orang. Jika mereka tidak berkata dengan kata-kata manis, tak seorang pun yang akan mendengarkan mereka. Paulus menghendaki kita berhati-hati terhadap para pemecah-belah, karena mereka suka memberi pengajaran lain dan berbantahan bagi ajaran-ajaran yang bertentangan. Tetapi kita menguji perkataan pemecah-belah bukan dengan standar baik atau buruk, benar atau salah, melainkan kita harus bertanya, "Apakah ini membangun atau meruntuhkan? Mempertahankan kesatuan atau menimbulkan perpecahan? Membantu orang terus maju atau membuat orang jatuh?" Sebelum mendengar perkataan pemecah-belah, Anda hidup, tetapi setelah mendengar selama satu jam, Anda mati. Itu membuktikan bahwa perkataan pemecah-belah itu menyebabkan maut. Jangan menguji pemecah-belah menurut pengetahuan benar atau salah, kalau berbuat demikian, Anda akan mengalami pohon pengetahuan baik dan jahat. Anda harus menguji semua pendapat pemecah-belah menurut maut atau hayat. Setelah Anda mendengar perkataan pemecah-belah, Anda hidup atau mati? Jika Anda benar-benar hidup, maka dengarlah sebanyak mungkin. Tetapi jika Anda mengalami maut, Anda harus pergi kepada Tuhan dan mohon Tuhan membersihkan Anda dan menyelamatkan Anda dari maut.
Beberapa puluh tahun yang lalu saya melihat banyak pemecah-belah. Kita harus sadar bahwa tidak ada satu gereja yang keadaannya selalu benar. Namun persoalannya bukan terletak pada benar atau salah, melainkan terletak pada hidup atau mati. Jangan sekali-kali menguji perkataan pemecah-belah dengan standar benar atau salah, melainkan ukurlah selalu dengan maut atau hayat. Segala sesuatu yang menghidupkan Anda dan memberi Anda hayat, boleh diterima. Tetapi segala sesuatu yang mematikan dan membunuh Anda, patutlah ditolak.
Paulus berpesan kepada Timotius supaya tinggal di Efesus untuk melakukan suatu hal — menasihati para pemecah-belah agar tidak mengajarkan ajaran lain, melainkan hanya memperhatikan ekonomi Allah, yaitu menyalurkan Allah sebagai hayat (1 Tim. 1:3-4).
Sekali lagi kita melihat hahwa hayat itulah pengujinya. Jika perkataan seseorang menyalurkan Allah ke dalam Anda sebagai hayat, itu baik. Jika tidak memberi Anda hayat malahan sebaliknya, membunuh Anda, tentu itu berada pada garis pengetahuan.(PH. Kej)

29. Ajaran Bileam, Nikolaus, dan Izebel

29. Bileam, Nikolaus, dan Izebel


Wahyu 2 menyebutkan doktrin Bileam, doktrin Nikolaus, ajaran Izebel, dan seluk-beluk Iblis (Why. 2:14, 15, 20, 24).
Gereja-gereja sebermula telah tertipu oleh ajaran-ajaran itu dan meninggalkan hal makan Tuhan dan pesta bersama Tuhan. Karena itu, untuk memulihkan gereja-gereja berpaling dan menikmati diri-Nya, Tuhan berjanji kepada gereja-gereja bahwa kalau mereka meninggalkan ajaran semacam itu, Ia akan memberikan diri-Nya kepada mereka untuk dimakan.
Dalam wahyu 2:7 Tuhan berjanji memberi mereka makan dari pohon hayat. Dalam Wahyu 2:17 Ia herjanji memberi mereka manna yang tersembunyi. Dalam ayat 2 ini kita melihat pohon yang ada di dalam Taman Eden dan manna yang ada di padang gurun, yang kedua-duanya justru adalah Kristus sendiri.
Tuhan tidak mengajarkan bahwa Ia akan memberi mereka ajaran-ajaran atau menawarkan suatu doktrin yang super. Bileam dan Nikolaus mempunyai doktrin-doktrin mereka sendiri, Izebel mempunyai ajarannya, dan Iblis mempunyai seluk-beluknya, Tuhan Yesus mempunyai pohon hayat dan manna yang tersembunyi.
Menurut Wahyu 3:20, Tuhan berjanji kepada setiap orang yang membuka pintu bagi-Nya saat Ia mengetuk, bahwa orang itu akan makan bersama-sama dengan Tuhan. Apakah artinya makan pohon hayat, mengambil bagian atas manna yang tersemhunyi, dan berpesta bersama-sama dengan Tuhan Yesus? Ini berarti kita terus menikmati Tuhan di atas garis hayat.
Jika di tengah-tengah kekacauan dan perpecahan, kita mengikuti ajaran-ajaran, niscaya kita akan terbunuh. Tetapi bila kita memperhatikan menikmati Tuhan, yaitu berada pada garis hayat, kita akan menerima hayat dan menjadi hidup. (PH. Kej)

30. Anti Kristus - Sama Sekali Dalam Pikiran dan Merdeka

30. Antikristus


Antikristus adalah orang yang sama sekali di dalam pikirannya disertai tekad yang kuat dan merdeka. Jadi, ia sepenuhnya dimiliki oleh Iblis bahkan menjadi penjelmaan Iblis (Why. 13:5-8).
Ia disebut "manusia durhaka", "anak binasa", sebab ia hendak meninggikan dirinya sebagai Allah (2 Tes. 2:3-4).
Ia adalah raksasa pada garis pengetahuan di dalam Alkitab, sedikit pun tidak tahu atau memperhatikan garis hayat. Nasibnya akan menderita maut selama-lamanya bersama Iblis, sumber maut (Why. 19:20; 20:10). (PH.Kej)

31. Pada Umumnya - Tidak di Dalam roh

31. Pada Umumnya


Sebagai kesimpulannya, saya ingin memakai 2 Korintus 3:6 yang mengatakan, "Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." "Hukum" di sini mengacu kepada Perjanjian Lama.
Perkataan Yunani yang sama dalam 2 Timotius 3:15 diterjemahkan sebagai "Kitab Suci", di mana Paulus menyebutkan bahwa sejak kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci. Namun Alkitab dengan huruf-huruf yang mati adalah milik pohon pengetahuan, itu membunuh; sedangkan Roh yang adalah milik pohon hayat, ini memberi hidup.
Kita harus memilih! Puji Tuhan atas pilihan ini! Pilihan hayat! Selain garis pengetahuan, masih ada garis hayat. Kita harus memilih salah satu di antara maut dan hayat.(PH. Kej)

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta

Dua Aliran Yang Keluar Dari Tahta Allah.
Pembacaan Alkitab Yehezkiel 47 ; Wahyu 22. Daniel 7: 9-10

Menurut wahyu dalam Alkitab, kita melihat dua aliran yang mengalir keluar dari takhta Allah. Yang satu aliran air hayat, dan yang lain aliran api.
Aliran air hayat diwahyukan dalam Yehezkiel 47 dan Wahyu 22. Dalam Yehezkiel, air hayat mengalir dari rumah Allah; sedang dalam Wahyu 22, air hayat mengalir dari takhta Allah. Dalam Daniel 7:9-10 kita melihat aliran lain, suatu aliran api, mengalir dari takhta Allah.
Air hayat untuk menghidupkan dan mendiris, sedangkan aliran api untuk menghukum, mengalirkan hukuman ke seluruh semesta. Air sungai itu mengalir keluar dari takhta Allah, akan mengalirkan segala hal yang positif ke Yerusalem Baru.
Aliran api keluar dari takhta Allah dan akan menyapu bersih segala hal negatif ke dalam lautan api.
Dalam awal Alkitab terdapat permulaan dua garis, garis hayat dan garis pengetahuan. Pada akhir Alkitab ada dua hasil, dua penyelesaian — kota air hayat dan lautan api yang menyala-nyala.
Di manakah Anda? Akan ke manakah Anda? Anda pada garis yang mana? Tentu garis hayat adalah garis yang benar dan garis pengetahuan adalah garis yang salah. Sebagai umat tebusan tentu saja kita berada pada garis yang benar yaitu garis hayat.
Namun mungkin saja hidup dan pekerjaan kita, yaitu cara kita hidup dan bekerja bagi Allah, berada pada garis yang salah. Meskipun manusia kita berada pada garis hayat, tetapi hidup dan pekerjaan kita mungkin berada pada garis pengetahuan.
Alkitab sejak mula telah memperingatkan manusia untuk menjauhi garis pengetahuan dan tetap berada atau kembali kepada garis hayat. Sekali kita diselamatkan, kita beroleh selamat selama-lamanya dan keselamatan kita teguh hingga kekal.
Namun, Alkitab memperingatkan kita mengenai hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita bagi Tuhan. Dalam Galatia Paulus memperingatkan kita untuk hidup oleh Roh (5:16) dan menabur dalam Roh (6:7-8). Bila tidak demikian, segala hal yang kita lakukan akan terbakar habis oleh api.
Dalam 1 Korintus 3 Paulus mengingatkan kita, pembangun-pembangun gereja, harus berhati-hati supaya membangun dengan bahan-bahan yang tepat. Jika kita membangun gereja dengan emas, perak, dan batu-batu permata, pekerjaan ini akan terus berlangsung sampai Yerusalem Baru, sebab Yerusalem Baru adalah kota yang dibangun dengan emas, mutiara, dan batubatu permata.
Sebaliknya, Paulus juga memperingatkan kita bahwa kayu, rumput, dan jerami hanya patut dibakar (1 Kor. 3:12-15). Semua yang dibangun dengan bahan-bahan itu akan disapu oleh aliran api ke dalam lautan api.
Jadi, kita patut waspada terhadap diri kita, hidup kita, dan pekerjaan kita. Kita sendiri harus berada pada garis yang benar, hidup kita sehari-hari dan pekerjaan kita juga harus berada pada garis yang benar.
Kemudian kita dan pekerjaan kita akan masuk ke dalam Yerusalem Baru. Kita harus sangat jelas mengenai kedua garis ini. (PH B.15)